bacakoran.co

Forgiven But Not Forgotten? Begini Penjelasan Ustaz Hanan Attaki Tentang Batasan Memaafkan dalam Islam

Hukum forgiven but not forgotten dalam Islam--Ist

BACA JUGA:Emosi Nggak Terkendali? Ini 6 Jurus Ampuh Biar Kamu Tetap Cool ala Ustaz Hanan Attaki, Kuy Cobain!

Dalam beberapa kasus, menjaga jarak justru menjadi bentuk kearifan agar kedua belah pihak tidak lagi saling melukai.

Konsep forgiven but not forgotten dalam Islam adalah hal yang sah selama niatnya benar.

Kita boleh memaafkan seseorang dan tetap menjaga jarak jika diperlukan, asalkan tidak ada kebencian yang tersimpan di hati.

Sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkan dengan Wahsyi, menjaga batasan emosional adalah bagian dari upaya menjaga kedamaian hati dan hubungan sosial.  

BACA JUGA:Jangan Galau! Ini 7 Cara Keren Hadapi Masalah ala Ustaz Hanan Attaki, Wajib Dicoba Nih

BACA JUGA:Jangan Salah! Lebih Baik Benerin Hati atau Berhijab Tapi Masih Suka Maksiat? Ini Kata Ustaz Hanan Attaki..

Jadi, jika kamu merasa perlu menjaga jarak setelah memaafkan, lakukanlah dengan niat untuk kebaikan bersama, bukan karena dendam.

Seperti kata Ustaz Hanan Attaki, memaafkan adalah kewajiban.

Tetapi memaksakan diri untuk melupakan sepenuhnya adalah pilihan yang harus disesuaikan dengan keadaan.

Forgiven But Not Forgotten? Begini Penjelasan Ustaz Hanan Attaki Tentang Batasan Memaafkan dalam Islam

Ainun

Ainun


bacakoran.co - dalam islam, kesalahan orang lain adalah perbuatan mulia yang sangat dianjurkan.

namun, muncul pertanyaan yang sering menjadi dilema, yaitu bagaimana jika kita telah memaafkan seseorang tetapi tetap memilih untuk menjaga jarak darinya? apakah ini sesuai dengan ?

ustaz hanan attaki memberikan pandangan yang menarik tentang konsep forgiven but not forgotten ini.

ustaz hanan attaki menjelaskan bahwa islam memperbolehkan kita memaafkan seseorang tanpa harus melupakan apa yang telah terjadi.

dalam konteks ini menjaga jarak setelah memaafkan merupakan bentuk emotional boundaries atau batasan yang juga dicontohkan oleh nabi muhammad saw.  

salah satu kisah yang menjadi landasan adalah peristiwa nabi muhammad saw dengan wahsyi bin harb.

wahsyi adalah pembunuh hamzah, paman nabi dalam perang uhud.

setelah peristiwa fathu makkah, wahsyi masuk islam dan meminta maaf kepada nabi atas kesalahannya.

asulullah menerima permohonan maafnya, tetapi dengan penuh kejujuran, beliau berkata, "aku sudah memaafkan kamu, wahsyi, tetapi jika memungkinkan, hindarilah bertemu denganku."

hal ini menunjukkan bahwa meskipun rasulullah telah memaafkan wahsyi.

perasaan beliau terhadap peristiwa tragis itu tidak dapat dihilangkan sepenuhnya.

menjaga jarak dalam situasi ini bukanlah bentuk kebencian, melainkan cara untuk melindungi kesehatan . 

menjaga batasan dalam hubungan sosial, terutama setelah adanya konflik, bukanlah hal yang dilarang dalam islam.

bahkan hal ini dianggap sebagai langkah bijaksana untuk mencegah luka lama kembali terbuka atau konflik baru muncul.  

ustaz hanan attaki menekankan bahwa konsep forgiven but not forgotten relevan dalam menjaga kedamaian hati dan hubungan sosial.

dengan catatan, sikap ini harus dilakukan tanpa menyimpan dendam atau niat buruk terhadap orang yang bersangkutan.

memaafkan adalah bagian dari akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam islam. dalam al-qur'an, allah swt berfirman:  

"jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." (qs. al-a'raf: 199)

ayat ini mengajarkan bahwa memaafkan bukan hanya tindakan untuk menyenangkan orang lain, tetapi juga bentuk ibadah yang membersihkan hati dari rasa dendam.

namun, memaafkan tidak berarti kita harus melupakan segalanya atau kembali menjalin hubungan seperti semula.

dalam beberapa kasus, menjaga jarak justru menjadi bentuk kearifan agar kedua belah pihak tidak lagi saling melukai.

konsep forgiven but not forgotten dalam islam adalah hal yang sah selama niatnya benar.

kita boleh memaafkan seseorang dan tetap menjaga jarak jika diperlukan, asalkan tidak ada kebencian yang tersimpan di hati.

sebagaimana rasulullah saw mencontohkan dengan wahsyi, menjaga batasan emosional adalah bagian dari upaya menjaga kedamaian hati dan hubungan sosial.  

jadi, jika kamu merasa perlu menjaga jarak setelah memaafkan, lakukanlah dengan niat untuk kebaikan bersama, bukan karena dendam.

seperti kata ustaz hanan attaki, memaafkan adalah kewajiban.

tetapi memaksakan diri untuk melupakan sepenuhnya adalah pilihan yang harus disesuaikan dengan keadaan.

Tag
Share