Akibat Kecelakaan Pesawat Jeju Air yang Tewaskan 179 Orang Memicu Aksi Boikot Warga Korsel, Kok Bisa?
Insiden kecelakaan pesawat Jeju Air mengakibatkan aksi boikot di Korea Selatan--Kompas.com
"Penerbangan Jeju Air lainnya yang menggunakan model pesawat yang sama mengalami kerusakan yang terkait dengan roda pendaratan dan terpaksa kembali ke Bandara Internasional Gimpo di Seoul tak lama setelah lepas landas pada hari Senin," kata maskapai itu.
Boikot terhadap Jeju Air didorong oleh kecurigaan bahwa maskapai tersebut telah mengeksploitasi pesawatnya dengan jam terbang yang berlebihan dan mengabaikan perawatan.
BACA JUGA:Bikin Mewek, Pesan Pilu Penumpang di Detik Akhir Sebelum Jeju Air Jatuh, Isinya Bikin Tersentak!
BACA JUGA:Kecelakaan Pesawat Jeju Air Tewaskan 174 Jiwa, Begini Kondisi 2 Penumpang yang Selamat!
Investigasi menemukan bahwa Jeju Air mencatatkan 418 jam terbang per bulan pada kuartal ketiga, jauh di atas rata-rata maskapai lain.
Lambatnya respons pimpinan Aekyung Group, Chang Young Shin, yang baru mengeluarkan pernyataan permintaan maaf 11 jam setelah kecelakaan, semakin memperkuat sentimen negatif dan mendorong boikot.
Pernyataan tersebut pun awalnya hanya disampaikan kepada wartawan, bukan langsung kepada publik.
Boikot terhadap Aekyung Group diperparah oleh kasus hukum yang melibatkan produk disinfektan pelembap udara mereka.
BACA JUGA:Update Terbaru! Korban Kecelakaan Pesawat Jeju Air Capai 174 Jiwa, Hanya 2 Penumpang yang Selamat
BACA JUGA:Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Korban Tewas Bertambah Jadi 151 Orang
Produk tersebut dituduh menyebabkan kematian 12 orang dan cedera paru-paru pada 98 orang antara tahun 2002 dan 2011.
Pada 26 Desember, Mahkamah Agung mengembalikan kasus disinfektan Aekyung ke Pengadilan Tinggi Seoul, meragukan keterkaitan langsung antara produk tersebut dan cedera para korban, dan membatalkan hukuman empat tahun penjara mantan CEO Ahn Yong Chan.