bacakoran.co - heboh aksi perusakan puluhan ribu tanaman mangrove oleh sebuah eksavator di pulau pari, kepulauan seribu jakarta.
karena pengrusakan ini warga pulau pari dan nelayan menghadang ekskavator tersebut karena aktivitas tenggorokan pasir laut yang dilakukan oleh ekskavator (beko) di perairan dangkal gugusan pulau pari.
hal ini juga diunggah oleh akun x @, dan memperlihatkan bagaimana keadaan hutan mangrove di sana yang telah hilang dan terdapat satu eksavator berwarna hijau yang ada di lokasi tersebut.
di dalam video tersebut dua video yang memperlihatkan penjelasan mengenai keadaan di sana dan bagaimana hutan mangrove dan terumbu karang terlihat sangat memprihatinkan.
"ini mangrove taneman lebih dari 10.000 abis udah dicabutin ini, ga tau siapa yang nyabutin ini, gila, ini di lamun padang lamun" ungkap pria yang ada di video pertama, dikutip dari akun x @, senin (20/1/2025).
di video kedua juga terlihat sama menjelaskan bagaimana keadaan disana dengan adanya eksavator yang terlihat mengeruk dan merusak terumbu karang yang ada di pantai tersebut
"ini terjadi pengrusakan lingkungan lagi, yang beko, yang bulan lalu kita segel sekarang mereka beroperasi merusak mangrove-mangrove yang ada disini, padahal mangrove yang kita tanam disini sudah ribuan mangrove yang tumbuh disini, akhirnya mangrove kita habis direklamasi oleh beko-beko ini. cara licik perusahaan iti menunggu kita lengah" ungkap wanita yang ada di video kedua mengenai keadaan mangrove dan terumbu karang yang telah direklamasi oleh eksavator.
dilansir dari , pengerukan mangrove ini diduga merupakan aksi pengembangan fasilitas pariwisata oleh pihak swasta dan menurut warga dapat merusak ekosistem di laut tersebut.
warga melakukan aksi protes tersebut diketahui pada hari jum'at (17/1/2025), yang mana aktivitas eksavator ditolak oleh warga sehingga eksavator tersebut berhenti.
ketua forum peduli pulau pari (fp3), mustaghfirin ungkap aktivitas perusakan mangrove itu diduga kuat terkait pembangunan cottage apung dan dermaga wisata.
akibat dari aktivitas pengerukan di wilayah gugusan lempeng sangat beresiko merusak lingkungan khususnya terumbu karang, mangrove dan padang lamun.
"kami sudah lama menjaga kawasan ini dengan penanaman dan budidaya mangrove secara kolektif tanpa bantuan pemerintah. ini adalah bentuk pengelolaan lingkungan yang kami lakukan secara mandiri sebagai wujud penguasaan terhadap ruang hidup kami," ujar mustaghfirin dalam keterangannya.
selain bisa merusak ekosistem warga juga sangat khawatir proyek ini membatasi aktivitas nelayan karena menggantungkan hidup pada laut.
karena, akan muncul pembatasan atau larangan melaut yang terjadi di pulau-pulau lain seperti pulau biawak atau pulau kongsi akan terjadi juga di pulau pari.
"kami tidak ingin nasib kami seperti nelayan di pulau biawak atau pulau kongsi yang kini terhalang oleh proyek pembangunan. laut adalah hidup kami," tambah mustaghfirin.