Netizen Ngamuk Minta Usut Coretax yang Sering Eror Tiga Hari Berturut-turut: Potensi Kerugiannya Gede Banget!

Ramai jadi perbincangan netizen permasalahan Coretax yang sering eror-Gambar Ist-
BACAKORAN.CO - Permasalahan sistem perpajakan terberu, Coretax jadi isu yang ramai diperbincangkan netizen di media sosial.
Bahkan dalam sebuah postingan platform X/echa @luceinecha, ia menyebutkan bahwa Coretax lemot 3 hari berturut-turut sampai tidak bisa digunakan.
"TIGA HARI BERTURUT-TURUT BENERAN LEMOT DAN GAK BISA DIPAKE ANJIR??? INI GUE KERJA GIMANA KOCAG!" tulis echa dengan caption huruf kapital menunjukkan kemarahannya.
"YANG BENER AJA GUE HARUS BUAT BUPOT PPH 21 HARIAN UNTUK RATUSAN KARYAWAN!!!" lanjut echa.
BACA JUGA:DJP Luncurkan 3 Skema Baru Pembuatan Kode Billing di Coretax: Lebih Simpel dan Efisien!
Dari kabar baru yang telah tim Bacakoran dapatkan dari platform X, ada pembahasan menarik yang menuliskan potensi kerugian Coretax sangat besar.
"Coretax ini makin lama makin nyebelin ya. @KemenkeuRI @DitjenPajakRI kalian harus usut siapa orang dibalik ini semua. Potensi kerugiannya gede banget. Kalo tom lembong aja bisa dipenjara, harusnya yang bikin ini juga sama! Ga cukup minta maaf." Tulis akun X/Angga Fauzan @angga_fzn.
Postingan Angga sampai viral dan mendapat 145.2K views dengan 2.3k likes, hal ini bisa saja menunjukkan hal netizen setuju dengan apa yang Angga tuliskan.
Menanggapi komentar Angga, salah satu netizen @CahyadinIW mengungkapkan bahwa Coretax itu menyebalkan.
BACA JUGA:Ada Aturan Baru Pajak, ke Luar Negeri Bakal Sulit Bagi Warga Kriteria Seperti Ini!
BACA JUGA:Waduh, Warga Tak Bayar Pajak Terancam Tak Bisa Urus Paspor, Simak Penjelasan Lord Luhut!
"Coretex itu sama menyebalkannya seperti OSS... perizinan satu pintu prettttttt silahkan coba anda urus izin iujk atau IUJPTL bisa berbulan2 tidak diverifikasi dan kita gak pernah tahu harus ketemu siapa!!!!@bkpm @OSS_id" Tulisnya di kolom komentar.
Berikut penjelasan lengkap Coretax yang diluncurkannya 1 Januari 2025 masih memiliki banyak kendala dengan biaya Rp1,3 Triliun.