BACAKORAN.CO - Kembali viral dugaan ijazah palsu Presiden ketujuh Indonesia Joko Widodo mencuat di media sosial.
Seorang ahli forensik digital Rismon Hasiholan Sianipar telah mengemukakan pandangannya bahwa ijazah Sarjana Kehutanan milik Presiden Jokowi yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 1985 diduga tidak asli.
Keyakinan ini didasarkan pada analisis mendalam terhadap jenis huruf di Ijazah Jokowi yang digunakan dalam dokumen tersebut.
Keanehan Penggunaan Huruf di Ijazah Jokowi
Rismon menyoroti penggunaan font Times New Roman dalam ijazah tersebut sebagai hal yang mencurigakan.
BACA JUGA:Jokowi Tantang PDIP Ungkap Utusan, Deddy Sitorus Ajak Ngopi!
BACA JUGA:Heboh Penipuan Tukar Uang Online Jelang Lebaran 2025, Korban Hanya Dapat Biskuit: Pihak BI Ingatkan ini
Ia menjelaskan bahwa font ini baru diperkenalkan secara luas setelah dirilisnya sistem operasi Windows 3.1 pada tahun 1992.
Sementara itu ijazah Jokowi diterbitkan oleh UGM pada tahun 1985 sehingga penggunaan font tersebut tidak konsisten dengan teknologi yang ada pada saat itu.
"100 miliar persen palsu," Ucapnya dikutip kanal akun YouTube Balige Academy.
Menurut Rismon, jika Windows OS versi 1.01 baru dirilis pada akhir tahun 1985 dan Times New Roman baru ada pada 1992 maka tidak mungkin font tersebut digunakan pada ijazah yang diterbitkan sebelum itu.
BACA JUGA:Rapat RUU TNI di Hotel Mewah Digeruduk! DPR Kompak Bungkam Saat Ditanya Hasilnya?
BACA JUGA:Rapat Tertutup RUU TNI di Hotel Mewah Disorot, Anggota Komisi I DPR: Sudah Dari Dulu, Coba Cek
"Karena Windows OS versi 1.01 dirilis pada 20 November 1985, hanya 15 hari setelah ijazah Jokowi diterbitkan UGM. Sedangkan Windows versi 3.1, yang memperkenalkan font Times New Roman, dirilis pada 6 April 1992. Itu artinya, tidak mungkin font tersebut sudah ada pada 1985," Tegas Rismon.
Perbandingan dengan Ijazah Lain
Untuk memperkuat argumennya Rismon membandingkan salinan ijazah Jokowi dengan ijazah lain dari alumni UGM seperti Bambang Nurcahyo Prastowo.
Kembali Viral, Dugaan Pemalsuan Ijazah Jokowi dari UGM: Ahli Analisis Forensik Digital Ungkap Beberapa Fakta
Deby Tri
Deby Tri
bacakoran.co - kembali viral dugaan ijazah palsu presiden ketujuh indonesia mencuat di media sosial.
seorang ahli forensik digital rismon hasiholan sianipar telah mengemukakan pandangannya bahwa kehutanan milik presiden jokowi yang diterbitkan universitas gadjah mada (ugm) pada tahun 1985 diduga tidak asli.
keyakinan ini didasarkan pada analisis mendalam terhadap jenis huruf di ijazah jokowi yang digunakan dalam dokumen tersebut.
keanehan penggunaan huruf di ijazah jokowi
rismon menyoroti penggunaan font times new roman dalam ijazah tersebut sebagai hal yang mencurigakan.
ia menjelaskan bahwa font ini baru diperkenalkan secara luas setelah dirilisnya sistem operasi windows 3.1 pada tahun 1992.
sementara itu ijazah jokowi diterbitkan oleh ugm pada tahun 1985 sehingga penggunaan font tersebut tidak konsisten dengan teknologi yang ada pada saat itu.
"100 miliar persen palsu," ucapnya dikutip kanal akun youtube balige academy.
menurut rismon, jika windows os versi 1.01 baru dirilis pada akhir tahun 1985 dan times new roman baru ada pada 1992 maka tidak mungkin font tersebut digunakan pada ijazah yang diterbitkan sebelum itu.
"karena windows os versi 1.01 dirilis pada 20 november 1985, hanya 15 hari setelah ijazah jokowi diterbitkan ugm. sedangkan windows versi 3.1, yang memperkenalkan font times new roman, dirilis pada 6 april 1992. itu artinya, tidak mungkin font tersebut sudah ada pada 1985," tegas rismon.
perbandingan dengan ijazah lain
untuk memperkuat argumennya rismon membandingkan salinan ijazah jokowi dengan ijazah lain dari alumni ugm seperti bambang nurcahyo prastowo.
ia menemukan bahwa ijazah bambang menggunakan jenis huruf yang lebih sesuai dengan teknologi yang tersedia pada masanya, yaitu sistem operasi dos (disk operating system).
rismon bahkan mengajak presiden jokowi untuk mengungkap kebenaran terkait isu ini.
ia mengisyaratkan bahwa mungkin saja jokowi benar-benar menempuh pendidikan di kehutanan ugm namun ijazah tersebut bisa saja telah hilang atau rusak, sehingga yang beredar saat ini adalah salinan yang tidak resmi.
selain masalah jenis huruf, rismon juga menemukan ketidaksesuaian pada nomor seri ijazah yang tidak mengikuti pola penomoran yang lazim digunakan oleh ugm.
hal ini semakin menambah daftar keanehan yang perlu ditelusuri.
rismon berharap agar pihak berwenang dapat melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengklarifikasi dugaan pemalsuan ini.