Dua Pekan Lebih, 3 Peneliti BRIN Data Watermark Naskah Kuno Palembang
3 Peneliti BRIN saat mendata watermarknaskah kuno milik Kemas H Andi Syarifudin. (foto: fb: andisyarifudin)--
BACAKORAN.CO -- Sudah dua pekan lebih, 3 peniliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dari Jakarta turun ke Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Mereka mendata watermark atau cap air yang ada pada kertas yang di gunakan untuk menulis sejumlah manuskrip atau naskah kuno yang ada di Palembang.
Penelitian ini diakukan sebagai salah satu pendekatan untuk mengetahui usia naskah kuno yang sebenarnya.
Tim peneliti BRIN tersebut diketuai Dr Ali Akbar MHum didampingi Dr Nurman Kholis MHum dan Dr Asep Saefullah MAg.
BACA JUGA:Bantu Selamatkan Naskah Kuno Milik Warga Datangkan Ahli dari Perpusnas RI
BACA JUGA:Dentuman Misterius di Cirebon! BRIN Pastikan Itu Meteor Besar yang Jatuh di Laut Jawa
"Kami mengumpulkan data watermark naskah kuno yang ada di Palembang. Yang menjadi sasaran utama adalah naskah kuno yang ada tarikh atau keterangan tahun penulisan atau tahun penyalinannya. Nantinya data ini akan di bandingkan dengan data watermark pada kertas,"jelas Ali Akbar ketika mengunjungi salah satu pemilik naskah kuno Palembang, Dr Nyimas Umi Kalsum di Komplek Purimas Garden, Kelurahan Sako, Palembang.
Dijelaskan Ali Akbar, jika banyak naskah kuno yang tidak diketahui berapa usianya dan kapan naskah kuno itu di tulis atau di salin.
Kemudian untuk memperkirakan naskah kuno yang tidak jelas tahun penulisannya itu, umumnya menggunakan perkirakan berdasarkan watermark atau cap air pada kertas yang sudah ada katalog tentang watermark dan kapan perkiraan kertas itu di produksi.
"Watermark atau cap air itu mirip seperti ketika kita menerawang uang kertas yang ada gambar pahlawan tertentu, seperti itulah kira-kira kertas zaman dulu yang digunakan menulis naskah kuno,"urainya.
BACA JUGA:Silent Honor Tayang di iQiyi: Drama China Politik Penuh Intrik dan Pengorbanan
BACA JUGA: Tetap Membumi Tapi Terus Tingkatkan Level Jika Ingin Jadi Legenda Barca
Ditambahkan Ali Akbar, seringkali watermark yang ditemukan di nusantara, tidak di temukan data dan keterangannya di dalam dua katalog watermark yang selama ini menjadi rujukan."Nah data watermark yang ditemukan dan belum ada di datanya itu akan kita kumpulkan dan tidak menutup kemungkinan menjadi katalog baru,"katanya.
Ali Akbar mengatakan, sebelum ke Palembang, tim yang di pimpinnya sudah melakukan pendataan di Provinsi Aceh dan Sumatera Barat.
Ketika di Aceh kata Ali Akbar yang diketahui juga merupakan pakar al quran kuno ini, pihaknya mendata watermark diantaranya koleksi Museum, sementara di Sumatera Barat yang menjadi sampel adalah naskah kuno di Surau Sijunjung.
Pendataan kata dia diakukan dengan pemotretan lembaran-lembaran di naskah kuno yang mempunyai watermark, kemudian naskah kuno yang dijadikan sampel juga dibuat meta datanya. "Untuk di Kota Palembang, naskah kuno yang kami teliti diantaranya koleksi milik Kemas H Andi Syarifudin, Hj Nyimas Umi Kalsum, Museum Negeri Sumatera Selatan dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang,"jelasnya.
BACA JUGA:Tak Main-Main! Prabowo Turun Tangan Bikin Aturan MBG, Ada Sanksi Baru?
BACA JUGA:Ohhh Tak Disangka Ratu Pop ini Fans Berat The Blues
Masih kata Ali Akbar, kajian terhadap watermark sangat penting. Hal ini berperan dalam mengontekstualisasikan sebuah naskah, utamanya untuk memperkirakan atau bahkan memastikan waktu penyalinannya. “Penelitian terhadap cap kertas juga dapat memberikan informasi tentang asal-usul sebuah naskah,” ujarnya.
Nantinya data watermark satu daerah juga dapat digunakan sebagai pembanding naskah kuno yang ditemukan di satu daerah dengan daerah lainnya.
Salah satu contohnya adalah watermark berbentuk tiga bulan sabit (three crescents) yang berasal dari kertas buatan Italia. Cap ini banyak ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari Aceh.
Karena itu, jika sebuah naskah ditemukan dengan watermark tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa naskah tersebut kemungkinan berasal dari Aceh—atau setidaknya mendukung asumsi tersebut jika diperkuat dengan bukti lain, seperti gaya tulisan, teknik penjilidan, atau aspek kodikologis lainnya.
BACA JUGA:Musim Hujan Datang! Jangan Panik, Ini 7 Trik Ampuh Bikin Rumah Tetap Kinclong dan Bebas Lembap!
