BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada penutupan perdagangan akhir pekan ini.
Mata uang garuda menguat 0,81 persen ke Rp15.727 per USD pada Jumat (3/11/23).
Sedangkan dalam sepekan, rupiah naik 1,33 persen dari posisi akhir pekan sebelumnya sebesar Rp15.939 per USD.
Kurs rupiah Jisdor menguat 0,57 persen secara harian ke Rp 15.771 per USD pada Jumat lalu.
BACA JUGA:Rupiah Ditutup Stabil Menguat, Paling Perkasa di Asia
Secara mingguan, rupiah Jisdor melejit 1,06 persen secara mingguan.
Bagaimana prediksi pekan depan?
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi keperkasaan rupiah potensi berlanjut pada perdagangan pekan depan di kisaran Rp15.650 – Rp15.775 per USD.
Tak jauh beda disampaikan Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo yang memprediksi bahwa pekan depan rupiah akan berada di kisaran Rp15.675 – Rp15.750 per USD.
BACA JUGA:Strategi Inovatif, Atasi Nilai Tukar Rupiah Yang Menurun
Menurut Sutopo, melemahnya dolar karena terbebani oleh meningkatnya ekspektasi bahwa Bank Sentral AS telah selesai melakukan siklus pengetatan moneter.
Pun memberikan sinyal tidak seketat sebelumnya.
Selain itu, Josua mengamati bahwa penguatan rupiah di akhir perdagangan pekan ini sebagai dampak berlanjutnya sentimen risk on sejak keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) lalu.
The Fed mengambil kebijakan menahan tingkat suku bunga acuannya di level 5,25- 5,50 persen.
BACA JUGA:The Fed Tahan Suku Bunga Acuan, IHSG Kembali Perkasa
Pada perdagangan pekan depan, Sutopo melihat fokus pasar akan kembali kepada tensi geopolitik seperti perang Israel – Hamas seiring minimnya rilis data-data ekonomi.
Dari dalam negeri, para pelaku pasar akan memperhatikan laporan Produk Domestik Bruto (PDB) pada hari Senin (6/11/23).
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan, BI akan selalu berada di pasar, memonitor perkembangan nilai tukar, termasuk melakukan intervensi jika dibutuhkan.
Rupiah akan dijaga sesuai dengan level fundamental.