BACAKORAN.CO - Metode kampanye dan propaganda yang digunakan oleh Donald Trump saat memenangkan Pilpres AS 2016 melawan Hilary Clinton merupakan sebuah fenomena dalam dunia politik yang dapat menjadi berbahaya bagi kualitas demokrasi dan kehidupan politik di masyarakat.
Post-truth dan firehose of falsehood telah menjadi istilah yang mendunia untuk menjelaskan suatu masa dimana kebohongan tersebar luas dan dipercaya oleh masyarakat.
Kepercayaan masyarakat terhadap kebohongan tadi telah menghasilkan pilihan dan keputusan yang irasional.
Kebohongan disebarkan secara masif dan sistematis dengan menerapkan pola propaganda firehose of falsehood.
BACA JUGA:Melejit! Jadi Pilihan Utama Masyarakat Jabar, Prabowo Capres Terkuat di Pilpres 2024
Ya, Trump menggunakan teknik politik Firehose of Falsehood dalam kampanye dan sukesinya.
Apa itu Firehose of Falsehood?
Firehouse of Falsehood adalah cara yang dilakukan dengan cara mengirimkan dan menyebarkan arus berita secara masif sehingga kebenaran dalam arus berita sebuah negara menjadi bias.
Hal ini bukan hanya akan menjadi masalah di Amerika Serikat, tetapi juga dapat mempengaruhi negara demokratis lainnya sehingga perlu diketahui asal - muasal dan akar yang menjadi cikal bakal terbentuknya metode ini.
BACA JUGA:Soal Undangan Capres ke Istana, Formas NU Harap Jokowi Netral di Pilpres 2024
Penerapan metode Firehose of Falsehood dilakukan secara implisit dan masif melalui gerakan kampanye Donald Trump pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016 lalu.
Masyarakat pun tidak menyadari bahwa sedang mengalami efek dari Firehose of Falsehood.
Dan hal itu yang menyebabkan Trump memenangi Pilpres Amerika.
Post-truth dan penerapan firehose of falsehood ini sudah terjadi di Indonesia terutama kaitannya dengan Pemilihan Umum 2014 dan 2019.
Banyak masyarakat menduga, Joko Widodo (Jokowi) juga menggunakan teknik yang sama dalam upaya melanggengkan kekuasaannya.