BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (11/12/2023).
Rupiah ditutup pada level Rp15.622, melemah 105 poin atau 0,68 persen dari pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke level Rp15.614 per USD pada perdagangan sore ini.
Sementara mata uang di kawasan Asia juga mayoritas ditutup kompak loyo terhadap dolar AS.
BACA JUGA:Prediksi Pergerakan Rupiah Awal Pekan, 2 Faktor Ini Jadi Penentu
Dolar Singapura dan yuan China turun 0,15 persen, ringgit Malaysia minus 0,40 persen, baht Thailand dan peso Filipina turun 0,46 persen, won Korea Selatan ambruk 0,74 persen, dan yen Jepang melemah 1,011 persen.
Hanya dolar Hong Kong yang terpantau menguat, naik tipis 0,01 persen.
Sedangkan rupee India terpantau lesu.
Tak beda jauh, mata uang negara maju pun dominan melemah.
BACA JUGA:Dolar AS Pulih buat Rupiah Tertekan, Lesu ke Rp15.505
Tercatat, poundsterling Inggris turun 0,08 persen, euro Eropa minus 0,10 persen, franc Swiss ambruk 0,02 persen, dolar Kanada mandek, dan dolar Australia turun 0,31 persen.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, pelemahan rupiah merupakan imbas rilis data ekonomi AS dan China.
Rupiah dan mata uang regional pada umumnya melemah oleh penguatan dolar AS setelah data pekerjaan yang lebih kuat.
“Deflasi di China juga semakin menekan rupiah," tukasnya.
BACA JUGA:Ditopang Data IPM dan Inflasi, Rupiah Bakal Lanjutkan Keperkasaan?
Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk alias BCA, David Sumual menerangkan, market akan kembali risk on karena ekspektasi The Fed atau Bank Sentral AS yang cenderung menahan suku bunga di masa mendatang.
Hal ini juga didukung oleh data klaim pengangguran AS.
Tercatat ada kenaikan 1.000 menjadi 220.000 pada awal Desember yang mencerminkan jika ekonomi Negeri Paman Sam itu sedikit melemah.