BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah potensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca keputusan The Fed menahan suku bunga acuan.
Bahkan, Bank Sentral AS itu mengisyaratkan memangkas suku bunga setidaknya tiga kali tahun depan ke level 4,6 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melejit 1,01 persen ke level Rp15.502 per USD pada perdagangan Kamis (14/12/2023) sore.
Sedangkan indeks dolar terpantau turun 0,26 persen ke level 102,200.
BACA JUGA:Sinyal The Fed Turunkan Suku Bunga, Rupiah dan Mata Uang di Asia Hajar Dolar AS
Adapun seluruh mata uang di wilayah Asia lainnya kompak hajar dolar AS.
Tercatat, Yen Jepang melaju 0,88 persen, dolar Hong Kong menguat 0,02 persen, dolar Singapura naik 0,28 persen, won Korea naik 1,88 persen, dan peso Filipina terapresiasi 0,47 persen.
Selanjutnya rupee India menguat 0,08 persen, yuan China naik 0,51 persen, ringgit Malaysia menguat 0,79 persen dan bath Thailand naik 0,69 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah bergerak fluktuatif, kemungkinan ditutup menguat direntang Rp15.470- Rp15.710 per USD.
BACA JUGA:Harga Minyak Makin Licin Imbas The Fed Tahan Suku Bunga, Begini Penjelasannya!
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa suku bunga kini telah mencapai puncaknya pada 5,4 persen.
The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga acuan setidaknya tiga kali pada tahun depan menjadi 4,6 persen.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, meski terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi, ia masih memproyeksikan prospek inflasi yang lebih rendah pada tahun 2023.
Sinyal dovish bank sentral memicu meningkatnya spekulasi dari pelaku pasar mengenai kapan suku bunga akan mulai diturunkan.
BACA JUGA:Pasca The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG dan Rupiah Kompak Perkasa
Ketidakpastian mengenai penurunan suku bunga kemungkinan akan mengurangi optimisme dalam beberapa bulan mendatang.
Terutama karena kekuatan ekonomi Negeri Paman Sam masih dapat memicu peningkatan inflasi.
Data terkini menunjukkan inflasi indeks harga konsumen tetap stabil pada November.
“Sementara pasar tenaga kerja juga tetap kuat,” terangnya.
BACA JUGA:The Fed Tahan Suku Bunga, Pertanda Berakhirnya Tren Kenaikan?
Diberitakan sebelumnya, Bank Sentral AS memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25 - 5,50 persen.
Bahkan, The Fed juga memberikan isyarat untuk memangkas suku bunga acuan setidaknya tiga kali tahun depan.
Keputusan The Fed menahan suku bunga acuan ini merupakan yang ketiga kalinya dalam tiga pertemuan terakhir.
Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar.
BACA JUGA:Wow! The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Berulang Kali Tahun Depan, Begini Penjelasannya
Sebagai catatan, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023 sebelum menahannya pada September, November, dan Desember 2023.
Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan jika inflasi sudah bergerak sesuai keinginan bank sentral.
Namun, dirinya mengingatkan jika inflasi masih tinggi.
Dimana upaya menurunkan inflasi ke target mereka yakni 2 persen bisa berubah dan masih belum pasti.
BACA JUGA:The Fed Tahan Suku Bunga Acuan, IHSG Kembali Perkasa
"Inflasi sudah melandai dari titik puncaknya tetapi tidak disertai dengan kenaikan signifikan pengangguran Ini adalah kabar yang sangat baik. Namun, inflasi masih terlalu tinggi," ujar Powell.