BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah justru mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan menahan suku bunga acuan.
BI memutuskan menjaga suku bunga acuan atau BI rate sebesar 6 persen.
Data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 14 poin atau 0,09 persen ke level Rp15.525 pada penutupan perdagangan Kamis (21/12/2023) sore.
Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan nilai tukar mata uang garuda karena faktor eksternal lebih kuat, ketimbang pengumuman BI.
BACA JUGA:Rupiah dan Mayoritas Uang Asia Jeblok di Awal Pekan, Ini Biang Keroknya!
Euforia penurunan suku bunga di awal 2024 dimentahkan oleh pejabat-pejabat Federal Reserve System atau The Fed.
"Pengumuman BI tidak serta merta memengaruhi mata uang rupiah menguat. Faktor eksternal lebih kuat,” ujarnya.
Beberapa pejabat bank sentral, memperingatkan bahwa taruhan terhadap penurunan suku bunga lebih awal terlalu dini.
Pasalnya, tren inflasi masih jauh di atas target tahunan bank sentral Amerika Serikat (AS) sebesar 2 persen.
Komentar pejabat The Fed itu, terang Ibrahim, memungkinkan dolar pulih dari posisi terendah dalam lima bulan pada minggu ini.
BACA JUGA:Bank Taburkan ‘ Hujan Rupiah’ Libur Nataru, Uang Tunai Triliunan Siap Diterbangkan!
"Meski ada penolakan pejabat The Fed, harga berjangka dana The Fed menunjukkan pedagang optimis akan penurunan suku bunga," lanjutnya.
Para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 70 persen penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada Maret 2024.
Pasar juga menantikan sejumlah data ekonomi Negeri Paman Sam yang akan dirilis minggu ini.
Kekuatan ekonomi AS, kata Ibrahim, memberi ruang bagi bank sentral mempertahankan suku bunga acuan lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
BACA JUGA:Pergerakan Rupiah Pekan Depan, Apa Efek Keputusan The Fed Tahan Suku Bunga Masih Akan Berlanjut?