BACAKORAN.CO – Rupiah diprediksi melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pekan ini.
Penguatan rupiah didorong oleh ekspektasi penurunan suka bunga acuan Federal Reserve System alias The Fed dan sentimen Pemilu 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 41 poin atau 0,26 persen ke level 15.484 per USD pada penutupan perdagangan Jumat (22/12/2023).
Dimana indeks dolar AS melemah sebesar 0,10 persen ke level 101,74.
BACA JUGA:Pergerakan Rupiah Pekan Depan, Apa Efek Keputusan The Fed Tahan Suku Bunga Masih Akan Berlanjut?
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah potensi menguat ke posisi Rp15.300 - Rp15.200 per USD.
Diketahui, bank sentral AS masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25 - 5,5 persen.
Sedangkan Bank Indonesia (BI) pun masih menahan suku bunga atau BI rate di posisi 6 persen.
Namun, terang Ariston, keputusan pemangkasan suku bunga bank sentral masih bergantung dengan perkembangan inflasi AS yang menjadi target kebijakan suku bunga Fed Fund Rate.
BACA JUGA:BI Tahan Suku Bunga, Rupiah dan IHSG Malah Terkapar, Faktor Apa Jadi Penyebabnya?
Jika bank sentral memandang inflasi sulit turun ke target 2 persen, maka suku bunga acuan bisa ditahan di level tinggi lebih lama.
Para pelaku pasar banyak yang memprediksi penurunan suku bunga The Fed terjadi pada Mei 2024.
Namun tetap bergantung kepada data inflasi AS," ucapnya.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kata Ariston, juga bergantung pada isu ketegangan geopolitik yang masih berlangsung dan isu pelambatan ekonomi global.
BACA JUGA:Mantap! Harga Emas Terus Melonjak, Naik Rp31.000 per gram Usai The Fed Isyaratkan Pangkas Suku Bunga