BACAKORAN.CO - Selain itu mereka juga mengatakan bahwa tidak adanya dekorasi dan yang terdengar hanyalah lagu-lagu, hingga membuat Natal tahun ini tidak seperti adanya Natal.
“Ini bahkan tidak terasa seperti Natal,” kata Christo yang merupakan seorang penjaga toko di Palestina.
Kondisi ini disebutkan jauh lebih parah daripada saat wilayah tersebut mengalami kehancuran ekonomi akibat Covid-19 beberapa tahun lalu.
Uskup Emeritus dari Gereja Lutheran Munib Younan mengatakan bahwa pihaknya ingin merayakan Natal.
BACA JUGA:Selamat Natal! Sebanyak 15.922 Narapidana Terima Remisi, Ini Rinciannya..
Namun hal tersebut tidak jadi dilakukan karena banyaknya anak-anak di Gaza yang kehilangan rumah mereka.
“membuat pohon Natal merupakan kegembiraan, namun sekarang ini merupakan saat yang menyedihkan.
Banyak yang kehilangan anggota keluarga dan menurut adat kami, tidak boleh menanam pohon pada saat itu, karena kami akan fokus untuk berdoa,” tambahnya.
Pada tanggal 10 November lalu para pemimpin gereja di Yerusalem mengeluarkan deklarasi bersama untuk berdiri tegar menghadapi mereka yang menghadapi penderitaan.
BACA JUGA:Spesial Natal! Klaim Skin Winterlands Game Free Fire Plus Kode Redeem Terbaru, Begini Caranya
Selain itu juga menyetakan untuk tidak membuat perayaan apapun dan menyerukan untuk memberikan advokasi, berdoa dan berkontribusi dengan murah hati bagi para korban perang yang sedang berlangsung.
Dengan demikian semua kegiatan yang berhubungan dengan Natal di luar ibadah, baik itu pasar Natal tahunan di dekat Gerbang Baru atau pesta dan pertemuan hari raya hanya dilakukan dengan makan makanan sederhana dan menghadiri Misa.
“Jika kami melakukan itu, kami merasa seperti kami melakukan sesuatu yang istimewa diatas penderitaan orang lain,” tambahnya.
Daoud Kassabry selaku Kepala Sekolah Brother di College des Freres di New Gate di Yerusalem mengatakan tidak ada pohon Natal di ruang kelas atau dekorasi di kantor mereka seperti biasanya dan hanya menempatkan Kandang Natal sebagai simbol Natal.
BACA JUGA:Resep Membuat Arsik Ikan Mas, Hidangan Natal Khas Batak yang Enak poll..
Krisis Ekonomi di Yerusalem
Setelah mengalami penutupan sekolah selama berminggu-minggu pada awal perang, sistem sekolah Kristen di Yerusalem menghadapi tekanan ekonomi karena para orang tua kesulitan membayar uang sekolah.
Pengangguran telah meningkat tajam sejak dimulainya perang dengan pembatasan pergerakan yang melumpuhkan dan penutupan pariwisata yang hampir total.
Meskipun sekolah telah berupaya mengakomodasi keadaan ekonomi keluarga yang menurun dengan menurunkan besaran uang sekolah bahkan ada yang mengratisakan.
“Tanpa perubahan, cepat atau lambat sistem pendidikan akan runtuh,” papar Asfar dari Caritas
BACA JUGA:Natal Berdarah, Selain Kherson, Pasukan Rusia Luncurkan 15 Serangan Drone Buatan Iran di Wilayah Ukraina
Dengan hilangnya turis dan peziarah, pendapatan keluarga lokal juga ikut hilang karena perang yang tengah berlangsung.
Selain para pemilik toko telah kehilangan musim pariwisata yang paling menguntungkan menjelang Natal.
Tapi musim ini jalanan sepi, bahkan toko-toko tidak ada yang buka sama sekali, namun beberapa pedagang menaksakan untuk tetap buka tokonya.
Christo salah satu pemilik toko di Christian Quarter yang merupakan Kota Tua Yerusalem menjelaskan bahwa dirinya hanya mencoba untuk bertahan.
BACA JUGA:Pos Pelayanan dan Pos Pengaman Natal dan Tahun Baru Di Empat Lawang, Simak di Sini Lokasinya
“Sungguh menyedihkan melihat Yerusalem seperti ini, sepertinya kita sedang dikepung,” tambahnya.
Bukannya didatangi pembeli, toko-toko yang buka malahan didatangi oleh orang-orang yang benar-benar tidak punya makanan lagi untuk hidup mereka, bahkan mereka meminta pekerjaan dengan upah makanan.
Komunitas Kristen Gaza Mengungsi
Dengan seluruh komunitas Kristen yang masih hidup di Gaza mengungsi karena banyak dari rumah mereka hancur akibat serangan Zionis.
“Saya telah menerima banyak sekali panggilan umat Kristen di Gaza yang sedang menunggu visa,” kata Frater Kassabry dari College des Freres.
BACA JUGA:Peringati Kelahiran Yesus Kristus, Di Bengkulu Ada Natal Oikumene 2023
“Mereka menginginkan visa ke Kanada, Eropa, dimana saja selain disini,” terangnya.
Sementara itu, para pemimpin gereja dan anggota masyarakat semakin khawatir mengenai kehadiran umat Kristen di Yerusalem yang kini berjumlah kurang dari 20.000 orang.
Karena saat ini mereka sudah menghadapi sistem identifikasi terpisah dan pembatasan pergerakan sebelum perang dan banyaknya kerabat mereka yang di Gaza terbunuh.
Bahkan untuk mengungsi juga semakin tidak memungkinan karena jaringan Kristen di Tanah Suci berada di bawah tekanan serta semakin terisolasi satu sama lain.
Sedangkan warga di Kota Tua sendiri, banyak warga Kristen Palestina setempat mengatakan mereka menghindari perjalanan yang tidak perlu karena kehadiran keamanan Israel yang agresif di Kota Tua dan di seluruh Yerusalem Timur.***