Selain itu, perdagangan internasional yang meningkatkan kontak antarbudaya turut memengaruhi dinamika keagamaan.
Salah satu faktor yang memperkenalkan aliran Syiah di Bengkulu adalah melalui hubungan perdagangan dan interaksi antarbudaya dengan pedagang dari wilayah yang menganut Syiah.
Pada masa itu, Bengkulu menjadi tempat persinggahan dan pertukaran budaya bagi berbagai kelompok etnis dan agama.
Perkembangan aliran Syiah di Bengkulu semakin terlihat pada awal abad ke-20.
Pada masa ini, sejumlah ulama dan tokoh agama yang menganut Syiah mulai memperkenalkan ajaran mereka di wilayah ini.
Mereka membentuk komunitas kecil dan membangun tempat-tempat ibadah sebagai pusat aktivitas keagamaan.
Meskipun minoritas, komunitas Syiah di Bengkulu tetap bertahan dan berusaha mempertahankan identitas keagamaan mereka.
Pada periode pasca-kemerdekaan Indonesia, kebebasan beragama semakin diakui, yang memungkinkan komunitas Syiah di Bengkulu untuk berkembang tanpa hambatan signifikan.
Namun, seiring berjalannya waktu, terdapat dinamika internal dan eksternal yang memengaruhi perkembangan komunitas Syiah di Provinsi Bengkulu.
Faktor-faktor seperti perubahan sosial, ekonomi, dan politik turut membentuk cara beribadah dan mempraktikkan ajaran Syiah di tengah masyarakat Bengkulu.
Dalam beberapa dekade terakhir, globalisasi juga ikut berperan dalam membentuk identitas keagamaan di Bengkulu.
Akses terhadap informasi dari berbagai sumber, termasuk internet, membuka peluang untuk dialog antaragama dan pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman keagamaan.
Pada era modern, terdapat dinamika dalam hubungan antara kelompok-kelompok Islam di Indonesia, termasuk antara Sunni dan Syi'ah.
BACA JUGA:Pemkab Bengkulu Selatan Berpeluang Mendapatkan Kuota Perekrutan CPNS 2024
Kehadiran dan perkembangan Syi'ah di Indonesia juga dipengaruhi oleh perkembangan global dan geopolitik di dunia Islam.