BACAKORAN.CO - Daihatsu, anak perusahaan Toyota, mengakui praktik manipulasi hasil uji keselamatan mobil selama lebih dari 30 tahun.
Produksi dan pengiriman mobil di Jepang dihentikan, dengan keempat pabrik nonaktif sejak pekan lalu.
Kondisi itulah, Daihatsu berpotensi merugi hampir Rp 10 triliun lebih
Tindakan ini berdampak signifikan pada 9.000 karyawan, diperkirakan berlangsung hingga akhir Januari 2024.
Daihatsu terlibat dalam skandal pengujian keselamatan yang mencakup 64 model selama tiga dekade terakhir.
BACA JUGA:Produk Aman, Ekspor Daihatsu Terus Berlanjut
Skandal ini, terkait manipulasi data uji tabrak, terungkap pada April tahun lalu. Daihatsu mengakui manipulasi pada empat model di Thailand dan Malaysia sejak 2022.
Perusahaan mengakui permasalahan ini merembet ke seluruh tahapan produksi, dimulai sejak 1989 dengan peningkatan signifikan pada 2014.
CEO Daihatsu, Soichiro Okudaira, mengecam tindakan tersebut dan mengakui kesalahan manajemen.
Penghentian produksi dianggap langkah kritis untuk memastikan kejujuran dan keselamatan produk di masa mendatang.
Daihatsu berkomitmen untuk penyelesaian transparan, mengambil tanggung jawab penuh, dan merestrukturisasi kebijakan manajemen.
"Kami mengkhianati kepercayaan pelanggan kami, semua kesalahan ada pada manajemen." Tegasnya.
Dengan langkah-langkah ini, Daihatsu berharap mendapatkan kembali dukungan konsumen dan membangun kembali citra positifnya di industri otomotif.