BACAKORAN.CO - Pulau Sumatera, selain dikenal dengan jaringan jalan tolnya, juga memamerkan kemegahan rel Kereta Api (KA) yang membentang dari Rajabasa, Lampung, hingga Kertapati, Palembang.
Sebuah lintasan yang memotong hutan, perkebunan karet, perkebunan sawit, dan rawa-rawa.
Namun, mengapa rel KA tersebut putus di tengah perjalanan, terutama di kota pempek Palembang, padahal pulau ini membentang hingga Sabang, Aceh?
Sejarah rel KA di Pulau Sumatera dimulai pada tahun 1911. Saat itu, sejumlah transmigran dari Pulau Jawa tiba di Lampung atas bawaan Hindia Belanda.
BACA JUGA:Catat! Jika Lalulintas Macet, Kereta Api Tidak Melintas Selama 60 Menit, ini Penjelasan PT KAI
Transmigran tersebut tidak hanya beradaptasi, namun juga turut membangun perkebunan yang produktif seperti kaitsyuk, tembakau, kopi, karet, kelapa dalam, dan kelapa sawit.
Kepentingan pemerintah pada saat itu timbul karena hasil perkebunan tersebut membutuhkan sarana transportasi yang efisien.
Jalur air terbukti mahal, terutama ketika hasil perkebunan harus dikirim ke Pulau Jawa. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk membangun jaringan rel.
Menurut informasi dari Laman P2K Unkris, rencana pembangunan rel ini awalnya mencakup jalur dari Tanjung Karang hingga Palembang.
BACA JUGA:Kemudahan Tanpa Batas, Begini Cara Mereschedule Tiket Kereta dengan Access by KAI
Proyek ini melibatkan ribuan pekerja dari Palembang dan Tanjungkarang, menghadapi tantangan berat seperti hutan, perkebunan karet, perkebunan sawit, dan rawa-rawa.
Lintasan pertama sepanjang 12 kilometer dibangun di Tanjungkarang, Lampung, dan kereta pertama melintas pada 3 Agustus 1914.
Pembangunan berlanjut ke arah Kertapati, menuju Kota Prabumulih, Sumatera Selatan.
Pada tahun 1914, jalur rel telah mencapai 78 kilometer.
BACA JUGA:Tiket Kereta Api ‘Menipis’, Satu Bulan Jelang Libur Natal dan Tahun Baru Sudah Banyak Dibooking