"Oleh karena itu, jika tidak dapat menemukan backdoor tersebut, salah satu langkah teraman adalah melakukan implementasi sistem di server baru dengan menggunakan data cadangan yang dimiliki PT KAI," sarannya.
Namun, sebelum menerapkan solusi ini, KAI harus menangani portal yang terpengaruh atau data kredensial karyawan.
BACA JUGA:Bareskrim Polri Endus Kebocoran Data KPU
Pratama juga merekomendasikan pelatihan keamanan Siber bagi karyawan KAI dan semua lembaga pemerintah.
Dia menekankan bahwa meskipun memiliki sistem keamanan Siber terkini, pendidikan kepada karyawan dan memastikan keamanan Siber pada perangkat kerja sangat penting.
Tanpa langkah-langkah ini, keamanan keseluruhan suatu lembaga dapat dianggap lemah atau tidak memadai.
Menurut Pratama, inisiatif ini harus segera dilakukan oleh KAI, terutama mengingat implementasi luas sistem (face recognition) pengenalan wajah dalam proses pemesanan dan boarding saat ini.
BACA JUGA:Awalnya Dikenal Daerah Toke Kayu, Kini Tulung Selapan di Cap Sebagai Penjahat Cyber!
Seperti diketahui, PT KAI diduga alami kebocoran data akibat diserang ransomware.
Pelaku peretasan pun meminta tebusan bitcoin ke badan usaha milik negara (BUMN) penyelenggara jasa perkeretaapian tersebut.
Informasi peretasan tersebut diunggah akun TodayCyberNews di X (sebelumnya twitter).
Pelaku mengklaim telah mencuri data sensitif, termasuk informasi karyawan dan pengguna layanan PT KAI.
BACA JUGA:Edan, Saking Terkenalnya Jadi Tukang Tipu, Tulung Selapan Dijadikan Judul Skripsi Mahasiswa Unsri
Tak hanya itu, pelaku dikabarkan meminta tebusan berupa 11,69 bitcoin.
PT KAI diminta memenuhi tuntutan mereka hingga tenggat waktu yang diberikan yakni sampai 15 hari ke depan.
Dalam cuitan terbaru, kasus dugaan kebocoran data PT KAI disebut tengah menghadapi ancaman serius.
Pasalnya, pelaku serangan ransomware mengaku telah menyusup ke jaringan perusahaan selama seminggu ini.