Abdurrahman bin Muawiyah merupakan salah satu cucu khalifah Bani Umayyah yang dikejar tentara Abbasiyah hingga kabur dari negerinya untuk mencari pertolongan.
Abdurrahman lari dari Iraq menuju Mesir hingga kemudian mendapat pertolongan dari pamannya di Maroko.
Saat itu usianya baru 19 tahun, ia harus mengalami penderitaan yang cukup dalam sehingga membuatnya menjadi pribadi yang sangat berbeda dari remaja seusianya.
BACA JUGA:Sejarah Masuknya Islam ke Bengkulu, Begini Asal Mulanya
BACA JUGA:Awalnya Rumah Sir Thomas Stamford Raffles, Begini Sejarah Rumah Dinas Gubernur Bengkulu
Abdurrahman menjadi satu-satunya cucu yang mengalir darah kepemimpinan dalam dirinya darah kepemimpinan Bani Umayyah.
Abdurrahman bingung sebab jika kembali ke Syam atau sekitar Arab ia akan dibunuh, namun ia tidak bisa bertahan di Maroko sebab diincar oleh pemimpin khawarij.
Dalam keadaa genting seperti itu, Abdurrahman bin Muawiyah melihat Andalusia sebagai tempat paling tepat.
Saat itu, Andalusia adalah tanah yang kaya raya yang sekarang menjadi negara Spanyol dan Portugal.
Akan tetapi, kondisi muslim disana sedang terpecah belah, saling membanggakan suku serta bangsanya masing-masing.
Banyak sekali ragam suku yang menghuni negeri Andalusia diantaranya ialah Bangsa Berber dan Bangsa Arab.
Bangsa Arab pun masih terbagi menjadi banyak suku yang salin bersengketa, padahal di utara mereka Kerajaan Kristen siap meruntuhkan Andalusia.
Abdurrahman memilih Andalusia sebagai satu-satunya yang terpisah oleh samudera dan banyak orang yang loyal dengan bani Umayyah.
BACA JUGA:Sensasi Wisata Sejarah di Palembang, Kenang Perjuangan Rakyat Merebut Kemerdekaan
BACA JUGA:Sejarah Panjang Syiah di Bengkulu, Berikut Ceritanya
Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, Abdurrahman berhasil menyatukan kaum muslimin di Andalusia.