Namun, The Fed belum merasa cukup percaya diri untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuan pada pertemuan FOMC Maret mendatang.
Menurut Powell, tidak ada alasan untuk menghentikan proses pengetatan suku bunga karena inflasi turun tanpa adanya perlambatan ekonomi dan kenaikan tingkat pengangguran.
The Fed diperkirakan akan memerlukan waktu yang lama untuk menurunkan suku bunga jika data pendukung tidak sesuai dengan harapan.
Sebaliknya, jika inflasi turun lebih cepat dari yang diharapkan, pemangkasan suku bunga bisa dilakukan lebih awal.
BACA JUGA:Rapat The Fed Segera Dimulai, Rupiah Tergelincir, Dolar Perkasa
Powell juga memberikan isyarat bahwa siklus pengetatan suku bunga sepertinya sudah mencapai puncaknya.
Meskipun pemangkasan suku bunga kemungkinan akan terjadi dalam tahun ini, keputusan tersebut akan didasarkan pada data pendukung.
Sebagai implementasi kebijakan moneter AS, The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat bunga pada saldo cadangan sebesar 5,4 persen efektif mulai 1 Februari 2024.
Komite Pasar Terbuka Federal juga memberikan arahan untuk melaksanakan transaksi di sistem rekening pasar terbuka sesuai dengan kebijakan domestik.
BACA JUGA:Rupiah Melemah pada Pembukaan Perdagangan, Ternyata Ini Biang Keladinya!
Langkah ini mencakup operasi pasar terbuka yang sesuai dengan suku bunga acuan pada kisaran 5,25-5,5 persen.
Sebagai informasi tambahan, pada penutupan perdagangan akhir pekan, nilai tukar rupiah dan mayoritas mata uang di kawasan Asia mengalami penguatan.
Rupiah berada di posisi Rp15.660 per USD, menguat 104 poin atau 0,66 persen dari perdagangan sebelumnya.
Mata uang Asia lainnya juga tercatat menguat terhadap dolar AS, menunjukkan tren positif pada penutupan pekan tersebut.