Rupiah Lunglai saat Mata Uang Asia Perkasa terhadap Dolar AS, Situasi Politik Ini Jadi Penyebab!

Selasa 06 Feb 2024 - 16:52 WIB
Reporter : Ramadhan Evrin
Editor : Ramadhan Evrin

BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini, Selasa (6/2/2024).

Rupiah berada di posisi Rp15.730 per USD, turun 22 poin atau 0,14 persen dari perdagangan sebelumnya.

Senada, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp15.734 per USD.

Adapun mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA:Tekanan Terhadap Rupiah Diperkirakan Berlanjut, Sentimen Eksternal – Internal Apa Saja yang Jadi Pemicu?

Tercatat, yen Jepang naik 0,06 persen, baht Thailand melonjak 0,38 persen, peso Filipina naik tipis 0,15 persen, won Korea Selatan melejit 0,26 persen, dan yuan China naik 0,09 persen.
Lalu Dolar Singapura menguat 0,16 persen dan dolar Hong Kong stagnan.

Sementara, mata uang utama negara maju kompak melemah.

Tercatat euro Eropa naik 0,14 persen, poundsterling Inggris melesat 0,20 persen, dan franc Swiss menguat tipis 0,01 persen.

Kemudian dolar Australia melejit 0,35 persen, dan dolar Kanada naik 0,16 persen.

BACA JUGA:Rupiah Dibuka Lanjut Melemah, Tak Terperosok Makin Dalam Lantaran Ditopang Sentimen Ini

Menurut analis pasar Lukman Leong, rupiah tertekan imbal hasil AS yang naik dan sikap pelaku pasar yang wait and see menunggu hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

"Rupiah tertekan oleh kekhawatiran pasar jelang Pilpres 2024," ungkapnya.

Pasar mengkhawatirkan terjadinya perpecahan dan tak kestabilan politik menjelang pemungutan suara Pilpres pada 14 Februari 2024 mendatang.

Namun, pelemahan rupiah tidak terjadi makin dalam berkat sentiment internal, yakni data pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 yang berada di atas 5 persen.

BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuat, Rupiah Justru Loyo di Awal Pekan, Kok Bisa?

Kategori :