Artinya: Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala secara tegas melarang praktik riba dalam Al-Qur'an dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga memberikan peringatan keras terhadap riba dalam hadis-hadisnya.
BACA JUGA:Terjerat Utang Pinjol? Begini Cara Cepat Melunasinya, Tak Lagi Stress, Hidup Kembali Tenang Gais!
Kewaspadaan terhadap Utang Modern
Dalam era modern, praktik utang telah berkembang menjadi bentuk yang lebih kompleks, salah satunya adalah melalui layanan PayLater.
Layanan ini seringkali menawarkan kemudahan pembayaran dengan mengizinkan pengguna untuk melakukan pembelian tanpa membayar segera.
Namun dengan konsekuensi pembayaran bunga atau biaya tambahan yang tinggi.
Mengelola Keuangan dengan Bijak sesuai Ajaran Islam
Manajemen keuangan yang bijak adalah kunci untuk mencapai stabilitas finansial dan spiritual dalam Islam.
Ini melibatkan menghindari utang yang tidak perlu dan memastikan bahwa semua transaksi keuangan dilakukan dengan mematuhi prinsip-prinsip syariah.
Penting untuk selalu mengevaluasi apakah utang benar-benar diperlukan, dan apakah dapat dikelola dengan baik tanpa melibatkan riba atau praktik yang merugikan lainnya.
Jangan dikit-dikit utang bukanlah hanya nasihat praktis, tetapi juga ajaran yang mendalam dalam Islam.
Risiko utang yang tidak terkendali dapat mengarah pada masalah finansial, pelanggaran terhadap ajaran agama, dan kesulitan spiritual.
Dengan memahami larangan riba dan mengelola keuangan dengan bijak sesuai dengan ajaran Islam, kita dapat mencapai kestabilan finansial dan spiritual yang sejati.
BACA JUGA:Utang Indonesia Membengkak Tembus Rp6.213 T, BI Klaim Masih Aman, Kok Bisa?