Suyanti hanya bisa memberi pesan dan menyarankan anaknya untuk melaporkan kepada kiai pengasuh pesantren jika ada masalah.
Untuk menenangkan anaknya, Suyanti berjanji akan memberikan sepeda motor untuk Bintang.
“Doakan mama ma mbake. Jaga diri jaga kesehatan. Semangat belajar karena lulus satu tahun lagi motor menanti,” kata Suyanti kepada Bintang.
Namun, harapan itu pupus karena Bintang anak bungsu itu tewas dianiaya oleh seniornya.
BACA JUGA:Peringati HKG-PKK ke-52, TP PKK Sumsel Sukseskan Gerakan Tanam Cabai Serentak se-Indonesia
Ia pun menangis histeris melihat jenazah anaknya dalam keadaan penuh luka dan lebam.
Sebelumnya, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji menyatakan bahwa polisi telah memastikan Bintang Balqis Maulana (14) santri asal Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi itu tewas dianiaya.
Ia menuturkan bahwa ada empat tersangka yang merupakan santri, yaitu MN (18) asal Sidorjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) Denpasar.
Dan AK (17) Kota Surabaya yang merupakan teman seangkatan dan kakak kelas korban di MTS.
Menurut AKBP Bramastyo Priaji, motif penganiayaan ini diduga karena adanya kesalahpahaman antara tersangka dan korban.
Namun, ia akan mengusut lebih lanjut motif tersebut dalam penyidikan ini.
“Motif diduga karena kesalahpahaman antara anak-anak pelajar. Jadi antara mereka mungkin ada salah paham kemudian terjadi penganiayaan yang dilakukan berulang-ulang,” ujarnya.
Kasus ini terungkap ketika pihak keluarga korban merasa curiga dengan jenazah anaknya yang diantar oleh pihak pesantren.
BACA JUGA:Akui 2023 Masih ada yang 'Tersandung', OPD dan Perangkat Desa Ikut Pendidikan Anti Korupsi
Awalnya pengantar jenazah mengatakan Bintang meninggal karena terpeleset di kamar mandi.