Para pekerja kemanusiaan dan organisasi bantuan yang bekerja di Jalur Gaza.
Merasa terbatas dalam usaha mereka untuk menyelamatkan nyawa yang terancam.
Akibat kelaparan dan kurangnya akses terhadap makanan yang memadai.
Meskipun usaha dilakukan untuk mengatasi krisis ini.
BACA JUGA:Astaghfirullah, Saat Publik Ramai Boikot Produk Terafiliasi Israel, Ria Ricis Justru Promosikan KFC
Situasi yang berlarut-larut membutuhkan tanggapan yang lebih besar dan berkelanjutan dari komunitas internasional.
Bulan Ramadan, yang seharusnya menjadi waktu penuh berkah dan kesejahteraan.
Kini menjadi saksi dari penderitaan yang tidak terbayangkan bagi warga Jalur Gaza.
Mereka terus berjuang untuk bertahan hidup di tengah-tengah krisis yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Kementerian Ekonomi Nasional Palestina mengecam Israel atas penggunaan kelaparan sebagai senjata.
Khususnya dalam perang di Jalur Gaza selama lebih dari lima bulan.
Hak untuk mengakses makanan dan obat-obatan yang dijamin oleh hukum internasional tidak berarti bagi pemerintah Israel.
"Seiring dengan kegagalan masyarakat internasional dalam memenuhi tanggung jawab hukum dan moralnya terkait penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza," tulis keterangan Kemenko Palestina.
BACA JUGA:Arab Saudi Tegas! Tolak Buka Hubungan Diplomatik dengan israel Tanpa Kemerdekaan Palestina
Pernyataan itu menyoroti tingginya lonjakan indeks biaya hidup di Jalur Gaza yang belum pernah terjadi sebelumnya.