Selain itu, pasar keuangan sedang mengantisipasi kemungkinan Bank Sentral AS alias The Fed menunda kebijakan pemangkasan suku bunga hingga September 2024 mendatang.
Helmi Arman, Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) pun menyatakan, pelemahan rupiah terjadi ketika dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya.
Terutama dalam situasi ketidakpastian terkait penurunan suku bunga acuan The Fed.
Helmi memproyeksikan rupiah bisa menguat kembali pada pertengahan tahun ini jika The Fed memulai penurunan suku bunganya.
Namun, penurunan suku bunga acuan The Fed diasumsikan terjadi karena kondisi ketenagakerjaan di AS yang semakin lemah.
BACA JUGA:Rupiah Dibuka Lanjut Loyo Pagi Ini, Sentimen AS dan Jepang Ini Jadi Pemicu!
Helmi juga menyoroti bahwa pada akhir tahun, rupiah kemungkinan akan menghadapi tantangan lagi terkait pemilihan umum di AS.
Jika mantan Presiden AS Donald Trump terpilih kembali, katanya, hal ini dapat memperkuat dolar AS secara umum.
Sehingga Indonesia perlu waspada terhadap potensi penguatan dolar AS terhadap mata uang negara lain.