Bahkan, 3,3 persen atau 399 peserta PPDS di antaranya mengungkapkan keinginan untuk mengakhiri hidup atau melukai diri.
Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan hal ini berdasarkan hasil skrining kesehatan jiwa yang dilaksanakan di 28 rumah sakit vertikal.
Skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan mental di kalangan calon dokter spesialis.
BACA JUGA:Skandal Perselingkuhan Pramugari dengan Suami Dokter, Ini Tampang Pelakor Restiana Febrianti
Dari total 12.121 peserta PPDS yang menjalani skrining di seluruh rumah sakit, 22,4 persen mahasiswa program pendidikan dokter spesialis terdeteksi mengalami gejala depresi.
pak/bu dokter, saya doakan sehat selalu nggih.
— Farchan Noor Rachman (@efenerr) April 16, 2024
semoga ada sistem pendidikan spesialis yang lebih baik dan tidak mengorbankan kesehatan jiwa pak/bu dokter semua. ????????☹️ pic.twitter.com/EZhYgiA7iS
Rincian tingkat depresi dari 22,4 persen PPDS yang bergejala adalah sebagai berikut:
- Gejala depresi berat: 0,6 persen
- Gejala depresi sedang-berat: 1,5 persen
- Gejala depresi sedang: 4 persen
BACA JUGA:Mahyudin, Dokter Spesialis Ortopedi Lakukan Pelecehan Seksual Istri Pasien, Begini Jejak Kariernya
BACA JUGA:Rekam Jejak Mahyudin, Skandal Pelecehan Dokter Spesialis Ortopedi, Ternyata Sering...
- Gejala depresi ringan: 16,3 persen
- Gejala depresi minimal: 41,7 persen
Dari total 22,4 persen PPDS yang mengalami gejala depresi, mereka tengah menjalani program spesialis (Sp1) dan subspesialis (Sp2), berikut rinciannya:
Program Studi Spesialis (Sp1) dengan persentase PPDS yang mengalami gejala depresi terbanyak: