Selain itu, ia merasa banyak dikemudian hari karena poligami, yang membuatnya tidak mampu hidup di dalam dunia nenek moyangnya.
Ra Kartini mengatasi poligami dengan cara menentangnya dan meminta syarat-syarat yang memuaskan.
Ketika ia dinikahkan dengan Adipati Djojoadiningrat, yang sudah memiliki istri sebelumnya.
Kartini mengajukan syarat seperti tidak melakukan prosesi adat berjalan jongkok, berlutut, dan menyembah kaki suami.
Selain itu, Kartini juga ingin dibuat sekolah dan mengajar di Rembang.
3. RA Kartini memiliki toko ukir kayu
BACA JUGA:8 Fakta Menarik RA Kartini Pejuang Hak Perempuan Indonesia, Ternyata Jago Bahasa Asing Ini...
Kartini memilih bengkel ukir kayu karena ia menyukai seni ukir Jepara, yang dikenal sebagai salah satu seni kerajinan terbaik di Indonesia.
Bengkel ukir Jepara menjual hasil kerajinan dari Hindia Belanda, salah satunya ukiran dari bengkel Kartini.
Bengkel ukir kayu yang diperoleh Kartini adalah perusahaan yang menjual hasil kerajinan dari Hindia Belanda, salah satunya ukiran dari bengkel Kartini.
4. Meninggal di usia muda
Kartini meninggal di usia muda karena mengalami komplikasi preeklamsia, yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan kadar protein tinggi dalam urin setelah melahirkan putra pertamanya.
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah yang mencapai angka 140/90 mmHg yang dapat terjadi pada masa kehamilan
Gejala preeklampsia meliputi kenaikan tekanan darah, proteinuria (protein dalam urin), edema (berdarah di kulit), nyeri ulu hati, gangguan penglihatan, perdarahan di retina, dan edema paru.