Para peneliti tidak hanya meneliti fenomena kegempaan, tetapi juga mengamati interaksi udara dan laut di perairan Indonesia.
Penelitian ini menyasar wilayah yang teridentifikasi sebagai lokasi terjadinya fenomena yang dapat mempengaruhi variabilitas cuaca dan iklim Indonesia.
Seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan ocean dipole di Laut Banda, Selatan Jawa, dan Barat Sumatera.
BMKG menilai eksplorasi ini sangat perlu dilakukan karena perubahan sirkulasi udara dan lautan secara alami dan terkadang berkala, letusan gunung berapi, serta faktor lainnya mempengaruhi variabilitas iklim.
Menteri Luhut Binsar Pandjaitan pun mengungkapkan dalam rapat koordinasi beberapa hari lalu bahwa baru 19 persen laut Indonesia yang dipetakan.
BACA JUGA:Bencana Kelaparan Melanda Gaza, Serangan Israel Membabi Buta, Ramadan Jadi Bulan Kematian...
BACA JUGA:Waspadai, Cuaca Ekstrem Melanda Sumsel, Hujan Terjadi Dalam Sepekan Kedepan, Bencana Mengintai!
Sementara garis pantai Indonesia mencapai 108 ribu kilometer dan lebih dari 70 persen luas Indonesia adalah perairan.
Persiapan tim sejauh ini, terang Andri, sudah rampung bersama dengan OceanX.
BMKG, lanjutnya, membawa serta peralatan untuk mengukur parameter tadi.
“Terus berkoordinasi, terutama dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi sebagai leading sektornya," tukasnya.