BACAKORAN.CO – Proposal gencatan senjata yang dibuat Amerika Serikat (AS) agar Israel menghakhiri perang melawan Hamas ditolak.
Sejumlah aspek dalam proposal yang ditawarkan tersebut belum dapat diterima oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Ada pun memasuki bulan kedelapan perang Gaza, kebuntuan antara Israel dan Hamas terkait pertukaran sandera dengan tawanan masih belum berubah.
Israel setuju dengan gencana senjata sementara, namun tidak akan mengakhirinya selama struktur pemerintahan dan militer Hamas masih utuh.
BACA JUGA:Wow! Ini Daftar 142 Produk Pro Israel, Termasuk Cadbury Diduga Mendukung Rezim Zionis, Beneran Nih?
BACA JUGA:Setelah Aksi Boikot Produk Israel, Gerakan Blockout 2024 Menggema, Apa Itu?
Sementara Hamas akan membebaskan para tawanan jika ada jaminan gencatan senjata yang permanen.
Presiden AS Joe Biden mengatakan, Israel telah cukup memukul Hamas untuk mencegahnya melakukan serangan lain seperti pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera 250 orang.
Sudah waktunya untuk mengakhiri perang, membebaskan para sandera, dan mulai membangun kembali Jalur Gaza yang hancur.
"Mereka tidak memiliki kemampuan militer untuk melakukan apa yang mereka lakukan pada 7 Oktober," ujar John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih dalam acara This Week di ABC.
Secara militer, Israel telah mencapai sebagian besar tujuan mereka di Gaza.
Pemerintah Netanyahu mengatakan, mencegah terulangnya peristiwa 7 Oktober yang disebutnya sebagai pembantaian terburuk dalam sejarah negara itu, adalah kriteria yang salah.
Posisinya tetap bahwa Hamas, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh AS dan Uni Eropa, harus dilucuti dari kapasitas agresifnya.