"Tentu saja, penundaan (beroperasinya) ITER tidak mengarah ke arah yang benar," kata Direktur jenderal ITER Pietro Barabaschi dilansir dari Live Science, Minggu (7/7/2024).
ITER merupakan reaktor fusi nuklir terbesar di dunia, baik dari segi skala maupun jumlah negara yang terlibat dalam pengembangannya.
Matahari buatan ini adalah hasil kolaborasi antara 35 negara, termasuk seluruh negara di Uni Eropa, Rusia, China, India, dan Amerika Serikat.
Mengandung magnet paling kuat di dunia, ITER mampu menghasilkan medan magnet 280 ribu kali lebih kuat dari medan magnet yang melindungi Bumi.
Desain reaktor yang mengagumkan ini juga dibarengi dengan biaya yang sangat tinggi.
BACA JUGA:7 Parfum Alfamart Paling Wangi untuk Anak SMP! Biar Seharian di Sekolah Ga Bau Matahari...
Awalnya, ITER diperkirakan akan menelan biaya sekitar USD 5 miliar atau sekitar Rp 81,2 triliun dan dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2020.
Namun, dalam perkembangannya, reaktor ini mengalami beberapa kali penundaan dan biaya anggarannya membengkak hingga lebih dari US$22 miliar atau sekitar Rp357,6 triliun, dengan tambahan US$5 miliar atau sekitar Rp81,2 triliun yang diusulkan untuk menutupi biaya tambahan.
Biaya tak terduga dan penundaan ini menjadi salah satu penyebab tertundanya operasional reaktor tersebut selama 15 tahun.