Tindakan heroiknya itu mencerminkan cinta seorang ibu yang tak terbatas, siap mengorbankan apapun demi kehidupan sang anak.
Dalam pernyataannya kepada media, Isna menegaskan bahwa tujuannya bukan sekadar kompensasi finansial, tetapi lebih kepada keadilan dan pertanggungjawaban moral dari rumah sakit yang bersangkutan.
Isna berharap agar pihak berwenang dapat menangani kasus ini secara adil dan transparan, serta memastikan bahwa tidak ada lagi keluarga yang mengalami penderitaan serupa di masa depan.
Kasus ini telah menarik perhatian luas dari masyarakat lokal dan nasional dan viral di media sosial.
Banyak yang mengungkapkan solidaritas dan empati terhadap Isna dan keluarganya dalam menghadapi cobaan berat ini.
Mereka menuntut agar sistem kesehatan dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap pasien, serta meningkatkan pengawasan terhadap praktik medis yang dapat membahayakan.
Secara hukum, kasus malpraktik sering kali melibatkan proses yang panjang dan rumit.
Isna harus siap menghadapi tantangan yang tidak mudah untuk memperjuangkan hak anaknya.
Di samping itu, evaluasi mendalam terhadap standar praktik medis dan peningkatan kesadaran akan pentingnya keamanan pasien menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan.
MKDKI sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mengawasi etika medis di Indonesia diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tegas dalam menangani kasus ini.
Keterbukaan dan akuntabilitas dari pihak rumah sakit dan para profesional medis terlibat akan sangat menentukan dalam proses mendapatkan keadilan bagi Isna dan anaknya.
Kasus ini menjadi viral di media sosial dan menimbulkan beragam komentar dari netizen.
BACA JUGA:Resmi! BTN Syariah Batal Akuisisi Bank Muamalat, Begini Kata Bos BTN Nixon!
"Akhirnya ada yang speak up juga, saya juga pernah punya pengalaman buruk dengan salah satu dr kandungan inisial A," ungkap komentar salah seorang netizen. (**)