Penampilan Powell ini menjadi yang pertama setelah laporan data pasar tenaga kerja akhir pekan lalu menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran tak terduga ke 4,1 persen.
Data ini positif bagi potensi penurunan suku bunga acuan The Fed tahun ini.
Namun, investor masih harus menunggu rilis data inflasi AS bulan Juni yang akan diumumkan Kamis pekan ini.
Selain sentimen eksternal, rupiah belum mendapatkan dorongan kuat dari sentimen internal.
Laporan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di hadapan Banggar DPR menyoroti defisit APBN Juni yang melebar menjadi Rp77,3 triliun.
Pelemahan rupiah telah memperbesar defisit anggaran ketika penerimaan negara juga tertekan oleh penurunan harga komoditas global, yang mempengaruhi setoran pajak badan usaha.
Alhasil, APBN tahun ini diprediksi defisit 2,7 persen, lebih tinggi dibanding perkiraan awal 2,29 persen.
Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut ada kemungkinan penurunan suku bunga acuan BI rate pada kuartal IV-2024, jika prediksi penurunan suku bunga acuan The Fed tercapai.
Secara teknikal, rupiah sudah menembus level support pertama dan kedua di Rp16.280 per USD dan Rp16.300 per USD.
BACA JUGA:Negara Tetangga Indonesia Ini Diramal Jadi Pusat Perdagangan Emas Terkemuka Dunia
Rupiah bisa semakin melemah hingga Rp16.340 per USD sebagai support terkuat yang tercermin dari trendline indicator channel pada time frame daily.