Lebih lanjut, Rahmad menyoroti dampak serius dari perundungan ini, terutama di saat Indonesia sedang mengalami kekurangan dokter spesialis.
"Dampak perundungan antara lain ada yang bunuh diri, stres hingga depresi, banyak yang berkeinginan bunuh diri maupun melukai diri sendiri akibat beban psikologis dari proses pendidikan. Ada juga yang mengundurkan diri karena tidak kuat akan beban pendidikan," tuturnya.
Rahmad mendesak agar pihak yang terlibat dalam kasus ini segera dipecat untuk memberikan efek jera.
"Untuk memunculkan efek jera, maka pecat siapa saja yang turut berkontribusi dalam perundungan di Undip ini. Kalau tidak ada yang dipecat, akan muncul lagi korban berikutnya dan perundungan terus berjalan," tegasnya.
BACA JUGA:Paman Gibran Menang Gugatan PTUN, Siap Ambil Ketua MK Lagi
Selain itu, Rahmad juga mendorong pihak kepolisian untuk menginvestigasi kasus ini secara menyeluruh, termasuk kemungkinan adanya unsur pidana.
"Kami mendesak Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan, untuk menginvestigasi secara tuntas sekaligus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendidikan program dokter spesialis, yang fokus pada pendidikan serta memberantas segala bentuk perundungan di dunia pendidikan dokter spesialis," ungkapnya.
Kasus ini mencuat ke publik setelah seorang dokter muda bernama Aulia Risma Lestari akhiri hidup usai diduga menjadi korban perundungan di RSUP Kariadi.
Aulia, yang juga mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang, diduga mengalami perundungan dari senior selama mengikuti PPDS Anestesi Undip.
Kabar ini langsung viral di media sosial, dengan kata kunci "Undip" dan "PPDS" menjadi trending topic di X hingga Kamis (15/8/2024).
Sebuah akun di media sosial X, @/bambangsuling11, mengungkap bahwa pihak PPDS Anestesi Undip sempat berusaha menutupi kasus ini dengan menyebut korban sering menyuntikkan obat ke tubuhnya karena sakit saraf kejepit.
TW : Bundir
— Jo (@bambangsuling11) August 14, 2024
Dokter muda RSUD Kardinah Tegal meninggal bundir dengan cara suntikkan obat ke tubuh.
Diduga tak kuat menahan bully selama ikut PPDS Anestesi Undip Semarang.
Mohon bantuan RTnya karena ada indikasi kasus ini ditutupi dngan menyebut korban sakit saraf kejepit. ???? pic.twitter.com/UIiU4l66t0
Namun, pernyataan ini terbantahkan setelah buku harian korban ditemukan.
Dalam buku harian tersebut, Aulia menumpahkan perasaan depresi akibat perundungan yang dialaminya.