BACAKORAN.CO - Kekerasan kembali terjadi yang menimpa salah satu siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berinisial ALF (17).
Ia menjadi korban pengeroyokan yang dilakukan oleh kakak tingkat nya atau kakak kelasnya sendiri.
Efek dari pengeroyokan brutal ini Alf harus menderita gagal otak ringan dan luka di bagian wajah seperti bibir mata dan pelipis dan ALF mengalami trauma dari Kejadian ini.
"Luka-luka bengkak di wajah memang sudah mulai sembuh, tapi putra saya sampai sekarang masih belum bisa masuk sekolah karena masih sering mengeluh pusing. Putra saya juga masih harus didampingi psikolog untuk menghilangkan traumanya," jelas Yuliana Hutabarat, ibunda korban, dikutip bacakoran.co dari kumparan.com, Sabtu (14/9/2024).
BACA JUGA:Miris! Siswa SMA Binus Simprug Dikeroyok dan Dilecehkan 30 Orang, Pelaku Diduga Anak Pejabat
Yuliana menceritakan bagaimana sang anak mendapatkan kekerasan yaitu pengeroyokan dari kakak kelasnya di dua tempat yang berbeda yaitu di rumah salah satu pelaku dan di daerah kampus di kawasan Sidoarjo.
"Ketika kejadian di rumah salah satu pelaku ada 5 orang kakak kelasnya dan 2 teman kelas putra saya. Tapi yang mengeroyok kakak-kakak kelasnya. Bahkan kakak dari salah satu pelaku yakni yang punya rumah sebagai lokasi penganiayaan putra saya turut menjambak putra saya. Memang tidak ikut mengeroyok tapi dia dua kali menjambak putra saya. Ini berdasarkan keterangan dari putra saya sendiri," ungkap Yuliana.
Yuliana sangat merasa miris dari perlakuan yang diterima oleh anaknya karena salah satu pelaku memperlakukannya cukup sadis.
"Salah satu pelaku itu sempat bilang ke putra saya 'gak popo masio aku mlebu penjara sing penting koen mati (gak papa aku dipenjara yang penting kamu mati)'. Itu kata-kata yang diingat betul putra saya saat terjadi pengeroyokan itu," tutur Yuliana.
BACA JUGA:Auto Boikot Bango! Ini Dia 9 Kecap Lokal Anti-Israel, No. 5 Paling Mantul Buat Masakan Enakmu
Ia menceritakan bagaimana peristiwa itu menimpa anaknya dan pengeroyokan tersebut terjadi pada Kamis (5/9/2024).
Nerdasarkan penjelasan dari sang anak peristiwa ini berawal dari candaan salah satu teman kelasnya tentang logo perguruan silat.
“Awalnya dari bercandaan dengan teman sekelas. Putra saya membalas candaan temannya itu. Nah balasan candaan itu yang jadi permasalahan. Bercanda, putra saya membalas candaan temannya dengan memfoto logo baju (perguruan silat). Fotonya itu lalu dikirim ke teman sekelasnya itu. Sama temannya fotonya lalu dikirim ke kakak kelasnya, dan kakak kelasnya merasa tersinggung. Putra saya dan kakak kelasnya memang bergabung di perguruan silat, tapi beda perguruan," ungkap Yuliana.