Namun, Putin tidak secara tegas menyangkal tuduhan tersebut, meskipun ada kesempatan yang jelas untuk melakukannya selama KTT BRICS.
BACA JUGA:Presiden Rusia Mengutuk Keras Serangan Israel di Perbatasan Lebanon, Begini Tanggapan PM Netanyahu
Tak satupun dari para pemimpin BRICS lainnya yang secara publik mengangkat masalah ini selama pertemuan puncak, yang lebih berfokus pada seruan umum untuk menahan diri dalam krisis.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pidatonya di KTT tersebut, menyerukan perdamaian yang adil di Ukraina dan menekankan pentingnya mematuhi Piagam PBB, hukum internasional, serta kedaulatan dan integritas wilayah semua negara.
Meski bertemu dengan Putin untuk pertama kalinya sejak 2022, Guterres tidak menyinggung keberadaan pasukan Korea Utara dalam pidatonya.
Ini juga menjadi pertemuan pertama Guterres dengan Putin sejak pengadilan pidana internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin atas tuduhan penculikan anak-anak Ukraina yang dibawa ke Rusia.
BACA JUGA:Makin Memanas! Presiden Vladimir Putin Menambah Angakatan Bersenjata Rusia Menjadi 2,4 Juta Orang
BACA JUGA:Info Ternak, Mengenal Kura-Kura Darat Jenis Rusia yang Jarang Diketahui, Cekidot!
Kementerian Luar Negeri Ukraina telah mengkritik pertemuan ini, terutama karena Guterres menolak undangan untuk menghadiri KTT perdamaian yang disponsori Ukraina pada musim panas ini.
Dalam pernyataannya, Putin menyalahkan Barat atas kegagalan terciptanya "tatanan dunia yang lebih adil" dan menuduh sekutu asing Ukraina ingin mengalahkan Rusia secara strategis.
Ia menegaskan bahwa hanya mereka yang "tidak tahu sejarah Rusia" yang dapat mempercayai hal tersebut, karena mereka tidak memahami persatuan dan kekuatan semangat bangsa Rusia.