Terkait Dugaan Pemecatan ASN Kemendikti Saintek, DPR Berikan Respon: Kita Akan Kaji

Senin 20 Jan 2025 - 19:19 WIB
Reporter : Yanti D.P
Editor : Yanti D.P

"Saya emang enggak tahu apa-apa, cuma besoknya dipanggil gitu aja dipanggil langsung dimarahi," ucap dia. 

Kemudian Neni Herlina merasa bingung dan takut bagaimana harus bersikap di kantor harus bekerja ke kantor atau tidak.

BACA JUGA:Demo di Kemendikti: Kami ASN Dibayar oleh Negara, Kerja untuk Negara, Bukan Babu Keluarga!

BACA JUGA:Parah! Puluhan Ribu Mangrove Pulau Pari Diduga Dirusak Oleh Ekskavator, Meresahkan Warga dan Nelayan

"Enggak ada SK-nya juga cuman maksudnya sudah keterlaluan aja di depan anak magang, di depan staf-staf saya, gitu. Mempermalukan saya kan," pungkas Neni.

Sebelumnya ratusan pegawai berkumpul melakukan aksi demo di depan kantor Kemendikti Saintek di Jalan Pintu Senayan, Jakarta.

Sekitar 235 pegawai Kemendikti meminta bantuan Presiden Prabowo Subianto mendesak pencopotan Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro karena dugaan perilaku kasar, termasuk menampar pegawai. 

Dengan mengenakan busana serba hitam para pegawai Kemendikti menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap Menteri Dikti Saintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Protes ini disertai dengan berbagai spanduk yang menyuarakan ketidakpuasan dan tuntutan mereka.

Salah satu spanduk tersebut berisi pesan tegas: "Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo & istri," menandakan adanya kekecewaan terhadap kepemimpinan yang dianggap otoriter dan terlalu melibatkan keluarga dalam urusan kementerian.

BACA JUGA:Usai Dilantik, Trump Pertimbangkan Relokasi Warga Gaza ke Luar Palestina, Ada Indonesia!

BACA JUGA:Demo di Kemendikti: Kami ASN Dibayar oleh Negara, Kerja untuk Negara, Bukan Babu Keluarga!

Selain itu di depan gedung kementerian terdapat pula spanduk besar yang meminta bantuan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

Dalam spanduk tersebut, para pegawai mengungkapkan bahwa mereka ingin dibebaskan dari menteri yang digambarkan sebagai pemarah dan sering bertindak kasar.

Tuduhan ini mencakup perilaku yang arogan, seperti menampar dan memecat pegawai tanpa alasan yang jelas.

"Pak Presiden, selamatkan kami dari menteri pemarah, suka main tampar, dan main pecat," Keterangan isi dalam spanduk.

Kategori :