bacakoran.co – disaat jutaan orang mengantri untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji, hingga keberangkatan haji tahun 2023, ada sekira 300 calon jamaah haji kota palembang (cjh) sumatera selatan yang menunda keberangkatan.
mereka ada yang sengaja menunda dengan berbagai alasan seperti belum bisa melunasi ongkos naik haji (onh) dan ada juga karena tak melakukan konfirmsi dan tak diketahui keberadaannya.
akibatnya, nama-nama itu selalu muncul setiap kali ada pengumuman cjh yang akan berangkat. setidaknya nama-nama itu muncul kembali untuk cjh estimasi keberangkatan tahun 2024.
“tahun 2023 lalu ada sekitar 300 “porsi batu”, sudah kita cek, kita telusuri keberadaan mereka ada yang tidak di ketahui,”jelas kepala seksi (kasi) penyelenggara haji dan umroh (phu) kantor kementerian agama (kankemenag) kota palembang h wahidin s sos.i.
“mereka ada yang pindah, ada juga yang mungkin sudah meninggal tapi ahli warisnya tidak tahu bahwa yang bersangkutan sudah mendapat porsi haji untuk berangkat,”ujar pria penghobi olahraga sepak bola ini.
karena tak ada konfimasi, posisi mereka kemudian digantikan jamaah urutan nomor porsi berikutnya.”yang mengatur jamaah pengganti ini adalah sistem,bukan kita,”tegasnya.
tapi kata wahidin ada juga yang ahli waris yang tahu keluarganya yang meninggal akan berangkat,namun tidak ada yang mau menggantikan dengan berbagai alasan.”ini rugi kan, namun kita tidak bisa memaksa,”ucapnya.
nah wahidin mengingatkan, untuk jch kota palembang estimasi keberangkatan 2024, jika ada anggota keluarganya yang masuk estimasi keberangkatan tahun 2024, namun berhalangan secara permanen,maka posisinya bisa di gantikan oleh ahli warisnya.
“misalnya cjh estimasi 2024 ada yang meninggal, sakit seperti stroke, pikun dan lain-lain, maka bisa digantikan oleh anggota keluarganya yang lain,”jelasnya.
“segera di urus dari sekarang dengan melengkapi administrasi dari intansi terkait. misalnya meninggal dunia harus ada surat keteragan kematian. demikian juga jika sakit permanen harus ada keterangan medis,”urainya.
kemudian kata dia harus juga ada kesepakatan dari ahli waris siapa yang menggantikan.
masih kata wahidin, dari pengalaman haji sebelumnya dia melihat ada juga jamaah dari daerah lain (bukan dari kota palembang, red) yang pernah stroke dan dimensia atau pikun yang “dipaksakan” berangkat.
“kita tidak tahu bagaimana jemaah itu bisa mendapat istitoah atau keterangan kesehatan,”ucapnya.
akibatnya timbul masalah, misalnya tersesat dan tidak bisa melaksanakan rukun haji secara sempurna.
“kita bukannya melarang, kasihan. mungkin lebih baik di gantikan keluarga atau anaknya yang berangkat. kemudian di tanah suci, jika ada rejeki, anaknya mencarikan orang yang bisa membadal-kan atau menghajikan haji orang tuanya,”jelas wahidin.(*)