Salut! 2 Orang Indonesia Masuk Daftar Miliarder Paling Dermawan di Asia, Apa Bisnisnya?
Sejumlah tokoh pahlawan Filantropi di Asia tahun 2023--Forbes Asia
BACAKORAN.CO – Tak hanya ramah, penduduk di kawasan Asia juga dikenal dermawan.
Mereka suka beramal, membantu meringankan beban sesama baik itu yang tinggal di negara yang sama maupun di belahan dunia lain.
Tak hanya saat terjadi musibah atau bencana, mereka rutin dan gemar berdonasi baik itu langsung secara pribadi atau perusahaan yang dimiliki.
Nah, baru-baru ini, Forbes merilis daftar orang yang hobi berdonasi di kawasan Asia.
Dalam laporan berjudul Asia’s 2023 Heroes of Philanthropy edisi ke-17 itu Forbes mencantumkan 15 nama pahlawan filantropi yang gemar berdonasi di kawasan Asia Pasifik.
BACA JUGA:Guna Hadapi Krisis Iklim, Jhosep Stiglitz: Negara Miskin Butuh Bantuan Ekonomi Ramah Lingkungan
Dua nama diantaranya merupakan miliarder asal Indonesia.
Forbes memasukkan nama-nama miliarder tersebut dalam daftar tanpa peringkat setelah memperhatikan sikap dermawan mereka yang memberikan kekayaan sendiri untuk tujuan mulia.
Berikut ini daftar para miliarder di Asia yang rajin berdonasi:
Vikrom Kromadit
Pendiri perusahaan Amata Corporation asal Thailand ini menulis surat wasiat yang berisi akan menyumbangkan 99 persen asetnya dalam rangka hari ulang tahunnya yang ke-70.
Diperkirakan jumlah asetnya bernilai miliaran baht, termasuk 7,5 miliar baht saham perusahaan Amata.
BACA JUGA:Bantuan makanan Senilai Rp30 Ribu Dua Kali Sehari, Bagi 33.774 Penyandang Disabilitas Cek DTKS
Sebelumnya, dia pernah menyumbang lebih dari 2 miliar baht kepada yayasan yang didirikannya pada tahun 1996.
Yayasan ini memberikan program beasiswa berdasarkan akademis untuk program menengah dan perguruan tinggi kepada siswa kurang mampu atau dari keluarga berpenghasilan rendah.
KP Singh
Ketua pengembang real estat asal India, KP Singh menjual sisa saham di pengembang properti untuk membiayai kegiatan dermawannya.
Menurut situs perusahaan DLF, dia mengumpulkan 7,3 miliar Rupee atau setara US$ 89 juta dari pelepasan 0,59% kepemilikan sahamnya di DLF.
BACA JUGA:Mau Jadi Miliarder? Berikut ini 10 Nasihat Bill Gates Untuk Meraih Kesuksesan
Andrew dan Nicola Forrest
Pada bulan Juni, pasangan suami istri asal Australia Andrew dan Nicola Forrest menyumbangkan hampir 20 persen kepemilikan saham mereka atau senilai A$5 miliar (US$ 3,3 miliar) kepada cabang yayasan milik mereka, Minderoo Foundation.
Jumlah tersebut menjadi donasi terbesar dalam sejarah Australia, sekaligus meningkatkan dana abadi Minderoo menjadi A$7,6 miliar.
Yayasan ini berfokus pada meningkatkan pendidikan anak-anak, mengakhiri perbudakan, dan mencapai kesetaraan pekerjaan bagi penduduk asli Australia.
Minderoo juga memberikan bantuan kemanusiaan sebesar A$ 10 juta pada warga sipil yang terkena konflik di Gaza pada Oktober lalu.
Takemitsu Takizaki
Pengusaha asal Jepang ini memberikan 7,45 juta saham atau senilai 390 miliar yuan kepada Keyence Foundation tahun lalu.
BACA JUGA:Melangkah Jadi Miliarder: Aplikasi Penghasil Uang Terpercaya yang Mengubah Hobi Menjadi Pendapatan
Dana tersebut digunakan untuk membiayai mahasiswa kurang mampu secara finansial.
Didirikan pada tahun 2018, yayasan ini memberikan dana 100 ribu yuan kepada mahasiswa sarjana Jepang dan asing selama empat tahun.
Setiap tahunnya, yayasan ini menerima sekitar 600 calon mahasiswa berdasarkan prestasi akademik dan kemampuan finansial.
He Xiangjian
Pendiri perusahaan pembuatan peralatan rumah tangga Midea Group ini akan menyumbangkan sebanyak 3 miliar yuan atau senilai US$410 juta untuk mendukung penelitian ilmiah di Tiongkok.
BACA JUGA:Harga Bitcoin Hari Ini Rp 450 Juta, Mau Jadi Miliarder Dari Bitcoin, Gaskeun Kuy
Pria berusia delapan puluh tahun ini mempunyai sejarah panjang dalam kegiatan filantropi.
Pada tahun 2013, dia mendirikan yayasan swasta untuk mendukung pendidikan, perawatan lansia, dan mengentaskan kemiskinan.
Tahun 2017, dia menyumbangkan uang tunai dan 100 juta saham Midea Group yang memiliki nilai pasar sebesar 4,3 miliar yuan.
Low Tuck Kwong
Miliarder asal Indonesia ini memberikan S$101 juta atau senilai US$ 73 juta (Rp 1,13 triliun) kepada Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura.
BACA JUGA:Masyaallah! Muhammadiyah Salurkan Bantuan Rp 40 Miliar ke Rakyat Palestina
Jumlah tersebut menjadi donasi terbesar yang pernah diberikan Tuck Kwong kepada institusi tersebut.
Bantuan itu nantinya digunakan untuk membiayai program kepemimpinan dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.
Yayasan ini berdiri sejak tahun lalu dan berfokus pada pendidikan, perawatan kesehatan, penelitian medis, serta kesejahteraan masyarakat dan sosial.
Untuk informasi, Low merupakan pendiri perusahaan pertambangan batubara Bayan Resources yang terdaftar di Indonesia.
Dia mempunyai kekayaan bersih sebesar US$ 27,2 miliar.
BACA JUGA:PARAH BANGET Oknum Donatur Prank Panti Asuhan dan Dhuafa Elnuza Setelah Berfoto Bawa Pulang Barang Sumbangan
Pada tahun 2021, menyumbang sebesar Rp 50 miliar sebagai beasiswa untuk Universitas Indonesia.
Kwek Leng Beng
Kwek Leng Beng bersama perusahaan real estat miliknya City Developments mengumumkan bersama bantuan sebesar S$24 juta kepada Singapore Institute of Technology (SIT) pada bulan November.
Dengan tambahan dana hibah dari pemerintah, total donasi berjumlah S$60 juta ditujukan untuk membantu mendanai pembangunan gedung administrasi universitas tersebut.
Ramon Ang
Miliarder asal Filipina sekaligus pemegang saham San Miguel Corp menjanjikan sebesar 500 juta peso untuk membangun sekolah bagi anak-anak kurang mampu di Manila.
Sumbangan tersebut diumumkannya saat meresmikan sekolah dengan 139 ruang kelas di Tondo salah satu distrik termiskin di Filipina.
Ang diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$3,4 miliar.
Tahun 2020 Ang melalui RSA Foundation miliknya secara pribadi telah menyumbangkan lebih dari 150 juta peso untuk beasiswa dan bantuan medis.
Li Ka-shing
Orang terkaya di Hongkong ini menyumbangkan total HK$60 juta atau setara US$ 7,7 juta melalui Yayasan Li Ka-shing kepada dua universitas, Chinese University of Hongkong (CUHK) dan University of Hongkong (HKU).
Sumbangan tersebut digunakan untuk mendukung penggunaan ai dalam pendidikan kedokteran.
Dua universitas tersebut masing-masing menerima HK$ 30 juta.
Pria berusia 95 tahun ini telah menyumbangkan lebih dari HK$30 miliar dengan sebagian besar dananya digunakan untuk pendidikan dan perawatan kesehatan.
Nandan Nilekani
Miliarder asal India Nanda Nilekani menyumbangkan 3,2 miliar rupee kepada almamaternya IIT.
Pendiri perusahaan teknologi Infosys ini menyumbangkan total 4 miliar rupee kepada lembaga tersebut sejak tahun 1999.
Tahun lalu, dia menyumbangkan dana tambahan 1,6 miliar rupee untuk pendidikan.
Dana tersebut akan disalurkan selama tiga tahun ke Ekstep Foundation sebanyak 996 juta rupee dan 664 juta rupee lainnya kepada AI4Bharat.
James Packer
James Packer dan Packer Family Foundation telah berdonasi sebesar A$7 juta untuk mendukung penelitian kesehatan mental di UNSW Sydney.
Dana tersebut akan digunakan untuk membentuk tim peneliti yang akan mempelajari gangguan kesehatan mental seperti penyakit bipolar.
Sebelumnya, Packer dan saudara perempuannya, Gretel telah menyumbangkan A$100 juta dari Yayasan keluarga dan A$ 100 juta dari badan filantropi selama 10 tahun guna mendukung organisasi seni, pendidikan budaya, dan inisiatif komunitas lainnya.
Graeme Hart
Orang terkaya di Selandia baru Graeme Hart dan istrinya, Robyn telah menyumbangkan NZ$ 6,5 juta pada bulan Juli untuk membantu memperluas unit perawatan intensif anak di Rumah Sakit Anak Starship, Auckland.
Dana tersebut akan digunakan untuk membeli ruangan dan peralatan canggih bagi anak-anak yang sakit parah serta mendukung pendidikan dan pelatihan staf.
Tahun 2018 Hart dan istrinya juga memberikan NZ$10 juta kepada Universitas Otago untuk mendanai sekolah kedokteran gigi baru.
Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Eddy mendirikan Emtek pada tahun 1983.
Perusahaannya itu menaungi tiga saluran TV Indonesia, yakni SCTV, Indosiar dan MOJI.
Selama lebih dari satu dekade, tokoh media ini memfokuskan kegiatan dermawannya untuk menyembuhkan gangguan penglihatan masyarakat Indonesia.
Yayasan Karya Alpha Omega miliknya memberikan operasi katarak gratis bagi ribuan masyarakat Indonesia setiap tahunnya serta perbaikan hernia dan bibir sumbing.
Tahun ini, ia menjanjikan dana sebesar Rp62 miliar untuk membangun pabrik pembuatan lensa buatan.
Pabrik tersebut bertujuan untuk memulihkan penglihatan pasien katarak.
Disebutkan pabrik ini akan memproduksi 5.000 pasang lensa setiap tahunnya untuk disumbangkan kepada pasien yang dirawat melalui program Yayasan Karya Alpha Omega.
Yayasan juga melakukan penggantian peralatan oftalmologi senilai hampir Rp 4,8 miliar di RSCM Kirana.
Sejak didirikan pada tahun 2010, Yayasan Karya Alpha Omega telah memberikan operasi katarak gratis kepada hampir 20.000 pasien, lebih dari 1.000 pasien penderita hernia, hampir 400 operasi bibir sumbing serta pengobatan gratis untuk sekitar 300.000 pasien di seluruh Indonesia.
Yayasan Karya Alpha Omega juga telah mendonasikan lebih dari Rp10 miliar untuk inisiatif seperti distribusi makanan pokok, penyuluhan kesehatan anak, dan pelatihan tanggap bencana.
Tahun lalu, yayasan memberikan bantuan alat kesehatan senilai Rp 4,8 miliar kepada Cicendo Eye Clinic Garut di Jawa Barat.
Nikhil Kamath
Miliarder termuda asal India Nikhil Kamath bergabung dengan salah satu yayasan, Giving Pledge.
Kamath diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 1,1 miliar.
Salah satu serial podcast YouTube Kamath telah mendonasikan hingga 10 juta rupee ke badan amal yang dipilih oleh penonton.
Penerimanya dua organisasi yang berbasis di Bangalore.
Satu organisasi yang mendukung pendidikan anak usia dini dan satu lagi organisasi kesehatan mental.
Kamath mengatakan dirinya berencana meningkatkan donasi sebanyak 40 juta rupee setiap episode.
Andrian Cheng
Wakil ketua eksekutif dan CEO pengembang properti New World Development ini mendirikan WEMP Foundation pada tahun 2021.
Organisasi tersebut didedikasikan untuk menyembuhkan kesehatan mental anak-anak kurang mampu.
Sejauh ini, lebih dari 16.000 anak telah dibantu.