Serangan Bom saat Misa Katolik di Filipina Menewaskan Empat Orang.
Serangan Bom saat Misa Katolik di Filipina Menewaskan Empat Orang.--
BACAKORAN.CO - Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, mengutuk serangan tersebut sebagai “tindakan yang irasional dan sangat keji”. Bom meledak di sebuah gimnasium di Universitas Negeri Mindanao di Kota Marawi saat misa Katolik pada hari Minggu pagi (3/12).
Presiden Ferdinand Marcos Jr mengutuk serangan tersebut dan memerintahkan polisi dan angkatan bersenjata untuk memastikan keamanan masyarakat.
Dia menyebut pelaku sebagai teroris asing dan menyatakan bahwa mereka yang menggunakan kekerasan terhadap orang tak bersalah akan dianggap sebagai musuh masyarakat.
BACA JUGA:Gencatan Senjata Disepakati, Israel Tetap Bombardir Kamp Pengungsi dan Permukiman
Gubernur Provinsi Lanao del Sur di Mindanao, Mamintal Alonto Adiong Jr, juga mengutuk "pemboman kejam" tersebut dan menegaskan komitmennya terhadap hak asasi manusia, termasuk hak beragama.
Ia mengecam serangan teroris terhadap lembaga pendidikan karena tempat tersebut seharusnya mempromosikan budaya perdamaian dan membentuk pemuda sebagai pemimpin masa depan.
Universitas Negeri Mindanao menyatakan kesedihan dan kecaman terhadap tindakan tersebut serta menghentikan sementara kegiatan perkuliahan.
BACA JUGA:Tak Ada Lagi Tempat Aman, Israel Bombardir Dua Kamp Pengungsian dalam Semalam
Mereka berjanji memberikan dukungan kepada korban dan keluarga yang terkena dampak.
Polisi sedang menyelidiki ledakan tersebut, termasuk kemungkinan keterlibatan kelompok pro-ISIS.
Mindanao telah lama dilanda kekerasan akibat pemberontakan kelompok separatis bersenjata.
Sehari sebelumnya, militer Filipina melaporkan bahwa mereka telah membunuh 11 pejuang dalam operasi kurang lebih 200km dari Marawi.
Pada tahun 2017, Marawi menjadi situs pengepungan selama lima bulan yang terinspirasi oleh ISIS, menewaskan lebih dari 1.000 orang.
BACA JUGA:KEOS! Polisi Bentrok Dengan Demonstran, Lempar Bom Molotov Hingga Penyanderaan
Meskipun ada kesepakatan perdamaian dengan Front Pembebasan Islam Moro pada 2014, kelompok separatis kecil terus melakukan serangan di wilayah tersebut. (mo)