Hidup Itu Sederhana, Begini Seni Hidup Bahagia Menurut Dr. Fahruddin Faiz
Dr Fahrudin Faiz memberikan wawasan tentang menghadapi kesulitan dengan kekuatan pikiran dan menekankan pentingnya hidup dalam masa kini. Foto: Ilstrasi--
BACAKORAN.CO- Kebahagiaan yang mereka cari ialah kesenangan, sedangkan kesenangan akan berubah-ubah sesuai mood yang berada di luar control kita.
Kalau kamu hanya ingin bahagia saat senang saja kamu mungkin akan susah bahagia karena hidup banyak sumpeknya, banyak halangannya.
Contoh, kita akan bahagia apabila wisuda cepat, eh ketika sudah wisuda lalu sumpek lagi, bosan lagi.
Kebahagiaan itu sebenaranya simpel, hal ini disampaikan oleh Fahrudin faiz saat mengupas intisari pemikiran Marcus Aurelius dalam kanal youtobe Alzamira Chanel.
BACA JUGA:Terima dan Percaya Takdir, InsyaAllah Bahagia Dunia Akhirat Inilah Tips Dari Syeikh Ali Jaber
Kebahagiaan itu ada didalam pikiranmu dan tergantung kualitas pikiranmu, maka bahagialah.
"Jangan menunggu popular baru bahagia, jangan menunggu senang untuk bahagia, maka bahagia itu ialah kebebasan dari keterikatan, carilah di dalam dirimu, jangan capek-capek cari kebahagiaan dari luar.
Jalani hidupmu sesuai fitrahmu" ungkap Fahrudin Faiz. Lalu bagaimana jika kita sedang dalam kesulitan? Bagaimana cara menghadapinya?
Jadi ketika kau tersikasa oleh sesuatu dari luar dirimu, rasa sakit itu sebenarnya bukan dari sesuatu itu sendiri, namun dari anggapanmu terhadapnya, dan engkau memiliki kekuatan untuk mencabutnya kapanpun kamu mau, maka seketika itu rasa sakit itu lenyap.
BACA JUGA:Berbahagialah, 2 Golongan Ini Masuk Surga tanpa Dihisab, Siapa Saja?
"Raihlah kesadarnmu, panggil kembali dirimu dan bangunlah sekali lagi, sehingga kamu akan sadar bahwa yang mengganggumu hanyalah mimpi, pandanglah kenyataan ini sebagaimana engaku memahami mimpimu" tutur Dosen Filsafat UIN Jogja ini.
Intinya sesuatau yang membuat kita sakit ada dua hal, harapan dan kekecewaan. Harapan itu karena masa depan, dan kekecewaan karena masa lalu.
Masa lalu dan masa depan adalah dua hal yang tidak kita miliki sekarag, lalu kenapa kita bisa disakiti oleh sesuatu yang tidak ada?
"Hidup kita ini ialah masa kini, maka jalani sesuai kodratmu, dan pikirlah yang positif, ubahlah sudut pandangmu" tutur Fahrudin.*