Rupiah dan Mata Uang Asia Bersinar di Akhir Pekan, Didorong Faktor Ini!
Nilai tukar rupiah bersinar terhadap dolar AS yang melemah jelang rilis data tenaga kerja AS yang diperkirakan kembali mengecewakan.--
BACA JUGA:Rupiah Melemah pada Pembukaan Perdagangan, Ternyata Ini Biang Keladinya!
Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menyatakan bahwa ekonomi AS masih sangat kuat.
Inflasi meningkat dari 3,1 persen pada November menjadi 3,4 persen pada Desember 2023, melebihi konsensus 3,2 persen.
Indikator lain, seperti PMI Manufaktur ISM yang mencapai 47,4 dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal IV-2023 sebesar 3,3 persen juga mendukung pandangan ini.
Namun, The Fed belum cukup percaya diri untuk memangkas suku bunga acuan pada pertemuan FOMC Maret mendatang.
BACA JUGA:Pelaku Pasar Waspadai Hal Ini, Rupiah Dibuka Menguat Tipis Pagi Ini
Menurut Powell, tidak ada alasan untuk menghentikan proses pengetatan suku bunga karena inflasi turun tanpa adanya perlambatan ekonomi dan kenaikan angka pengangguran.
The Fed, akan memerlukan waktu yang lama untuk menurunkan suku bunga jika data pendukung tidak sesuai dengan harapan.
Sebaliknya, jika inflasi turun lebih cepat, pemangkasan suku bunga bisa dilakukan lebih awal.
Powell juga mengisyaratkan bahwa siklus pengetatan suku bunga sepertinya sudah mencapai puncak.
BACA JUGA:Ada Kabar Baik Ekonomi AS, Begini Pergerakan Rupiah di Perdagangan Awal Pekan
Pemangkasan suku bunga mungkin dilakukan dalam tahun ini, tetapi semuanya akan didasarkan pada data pendukung.
Sebagai implementasi kebijakan moneter AS, The Fed mempertahankan tingkat bunga pada saldo cadangan sebesar 5,4 persen efektif 1 Februari 2024.
Komite Pasar Terbuka Federal juga memberikan arahan untuk melaksanakan transaksi di sistem rekening pasar terbuka sesuai dengan kebijakan domestik.
Yakni dengan melakukan operasi pasar terbuka sesuai suku bunga acuan di level 5,25-5,5 persen.