Waduh, Korea Selatan Hadapi Masalah Serius Menyusutnya Jumlah Penduduk, Sikap Warga Ini Jadi Pemicunya!

Rasa enggan warga untuk memiliki anak membuat angka kelahiran di Korea Selatan turun signifikan dan berimbas pada menyusutnya jumlah penduduk.--

BACAKORAN.CO – Sejumlah negara di dunia dihadapkan pada masalah populasi yang menyusut (depopulasi) akibat menurunnya angka kelahiran.

Termasuk Korea Selatan yang sedang mengalami penurunan angka kelahiran yang signifikan.

Pemicunya lantaran rasa enggan warganya untuk memiliki anak.

Dimana angka kelahiran yang sangat rendah telah menyebabkan perkiraan jumlah penduduk di bawah usia 18 tahun turun drastis.

BACA JUGA:Kalahkan China, India Jadi Negara dengan Populasi Terbanyak 1,4 Miliar

Diperkirakan akan mencapai kurang dari 7 juta jiwa pada tahun 2024.

Aju Korea Daily melaporkan bahwa jumlah anak di Korea Selatan telah menurun lebih dari dua juta jiwa selama satu dekade terakhir.

Data terbaru dari Kantor Anggaran Majelis Nasional (NABO) Korea Selatan menunjukkan proyeksi penurunan populasi generasi muda, usia 0 hingga 14 tahun, sebesar 49,6 persen pada tahun 2040.

Turun menjadi sekitar 3,18 juta jiwa dibandingkan dengan 6,32 juta pada tahun 2020.

BACA JUGA:Kamu Nggak Bakal Nyangka 7 Negara Ini Populasi Kura-Kura Terbanyak di Dunia, No 5 Deket dari Indonesia Lho!

Sementara itu, Korea Selatan dengan populasi sekitar 52 juta jiwa saat ini menghadapi masalah penuaan populasi yang signifikan.

Diprediksi bahwa pada tahun 2073, 30 persen dari seluruh penduduk Korea Selatan akan berusia 75 tahun ke atas.

Data dari NABO menunjukkan bahwa tingkat kesuburan pada tahun 2022 adalah 0,78 bayi per pasangan.

Kantor statistik nasional Korea Selatan memperkirakan tingkat kesuburan akan mencapai 0,7 pada tahun 2024.

Waduh, Korea Selatan Hadapi Masalah Serius Menyusutnya Jumlah Penduduk, Sikap Warga Ini Jadi Pemicunya!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – sejumlah negara di dunia dihadapkan pada masalah yang menyusut (depopulasi) akibat menurunnya angka kelahiran.

termasuk yang sedang mengalami penurunan angka kelahiran yang signifikan.

pemicunya lantaran rasa enggan warganya untuk memiliki anak.

dimana angka kelahiran yang sangat rendah telah menyebabkan perkiraan jumlah penduduk di bawah usia 18 tahun turun drastis.

diperkirakan akan mencapai kurang dari 7 juta jiwa pada tahun 2024.

aju korea daily melaporkan bahwa jumlah anak di korea selatan telah menurun lebih dari dua juta jiwa selama satu dekade terakhir.

data terbaru dari kantor anggaran majelis nasional (nabo) korea selatan menunjukkan proyeksi penurunan populasi generasi muda, usia 0 hingga 14 tahun, sebesar 49,6 persen pada tahun 2040.

turun menjadi sekitar 3,18 juta jiwa dibandingkan dengan 6,32 juta pada tahun 2020.

sementara itu, korea selatan dengan populasi sekitar 52 juta jiwa saat ini menghadapi masalah penuaan populasi yang signifikan.

diprediksi bahwa pada tahun 2073, 30 persen dari seluruh penduduk korea selatan akan berusia 75 tahun ke atas.

data dari nabo menunjukkan bahwa tingkat kesuburan pada tahun 2022 adalah 0,78 bayi per pasangan.

kantor statistik nasional korea selatan memperkirakan tingkat kesuburan akan mencapai 0,7 pada tahun 2024.

nabo juga memperkirakan total populasi akan mencapai 49,16 juta pada tahun 2040, sebagai akibat dari penurunan populasi sebesar 5,17 persen dari tahun 2020.

berdasarkan data yang dirilis oleh kementerian kesehatan pada 31 januari, terdapat 7.077.206 anak di bawah usia 18 tahun pada bulan desember 2023.

dengan melihat angka tersebut, jumlah anak telah mengalami penurunan sebesar 23 persen dari total 9.186.841 jiwa pada tahun 2014.

kementerian kesehatan memperkirakan bahwa laju penurunan jumlah anak akan terus meningkat, dengan tingkat kesuburan yang diperkirakan akan mencapai 0,6 di masa depan.

pada 30 januari, institut penitipan dan pendidikan anak korea (kicce) melaporkan bahwa penurunan drastis angka kelahiran akan menyebabkan penutupan sekitar 26.637 pusat

penitipan anak dan taman kanak-kanak pada tahun 2028.

menurun 31,8 persen dari 39.053 pada tahun 2022.

diperkirakan bahwa lebih dari 12.000 pusat penitipan anak harus ditutup karena tidak adanya anak yang harus diasuh.

konsekuensi dari penutupan pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak akan menjadi lebih serius di masa depan.

“situasi semacam ini dapat mempercepat penurunan populasi di daerah pedesaan," ujar peneliti kicce, lee jae-hee.

Tag
Share