Jepang Susul Inggris Masuk Jurang Resesi, Ternyata Ini Biang Keroknya!
Jepang masuk jurang resesi setelah ekonomi yang mengalami penurunan tak terduga, menyusut selama dua kuartal berturut-turut.--freepik
BACA JUGA:Bukan Didorong Kondisi Ekonomi Dunia, Ini Alasan Sebenarnya Microsoft Lakukan PHK Massal Karyawan!
Kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute Jepang Toshihiro Nagahama mengatakan, salah satu faktor penting jadi pemicu PDB Jepang dilampaui Jerman pada tahun 2023 adalah penurunan signifikan tingkat swasembada domestik.
“Yang membedakan Jepang dari Jerman secara signifikan yaitu tingkat investasi langsung ke dalam yang sangat rendah," ujarnya dikutip dari Macau Business, Minggu (17/2/2023).
Penurunan yang tidak terduga ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penurunan signifikan dalam tingkat swasembada domestik Jepang dan investasi yang rendah.
Sebagai hasilnya, sektor konsumsi swasta dan investasi bisnis mengalami kontraksi berturut-turut selama tiga kuartal.
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap Kuat saat Perlambatan Ekonomi Global, Begini Penjelasan BPS!
Faktor-faktor khusus seperti gempa bumi dan penghentian produksi oleh produsen mobil tertentu juga berkontribusi terhadap kontraksi ekonomi Jepang.
Meskipun permintaan eksternal memberikan kontribusi positif, permintaan domestik yang lemah menahan pertumbuhan ekonomi Jepang.
Penurunan upah riil yang berkelanjutan dan inflasi yang terus menerus telah menghambat daya beli rumah tangga, menyebabkan permintaan domestik yang lemah.
Pemerintah Jepang telah memulai berbagai langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, termasuk pemotongan pajak, tetapi tantangan-tantangan ini masih berlanjut.
Meskipun beberapa faktor positif telah diamati, termasuk kenaikan harga dan upah, dampak positif ini belum menciptakan siklus pertumbuhan yang stabil.
Pasar saham Jepang masih rentan terhadap volatilitas dan ketergantungan pada modal asing.
Dengan bank sentral utama global yang mulai menaikkan suku bunga, langkah BOJ terhadap kebijakan suku bunga negatifnya menjadi sorotan utama.
Harapan masih ada untuk perubahan kebijakan yang lebih ketat, terutama dengan potensi penurunan suku bunga Federal Reserve System alias The Fed.