bacakoran.co

Terungkap Penyebab Depresi Pada Calon Dokter Spesialis di Indonesia, Ternyata Gara-gara Ini...

Penyebab Calon Dokter Spesialis di Indonesia Alami Depresi-Ilustrasi Gambar Getty Images/iStockphoto/gpointstudio-

399 calon dokter spesialis di Indonesia mengalami tekanan berat selama menjalani program pendidikan dokter spesialis (PPDS) yang berujung pada depresi.

Bahkan, 3,3 persen atau 399 peserta PPDS di antaranya mengungkapkan keinginan untuk mengakhiri hidup atau melukai diri.

Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan hal ini berdasarkan hasil skrining kesehatan jiwa yang dilaksanakan di 28 rumah sakit vertikal.

Skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan mental di kalangan calon dokter spesialis.

BACA JUGA:Mengejutkan, Inilah Kronologi Restiana Febrianti Pramugari Batik Air yang Selingkuh dengan Suami Dokter!

BACA JUGA:Skandal Perselingkuhan Pramugari dengan Suami Dokter, Ini Tampang Pelakor Restiana Febrianti

Dari total 12.121 peserta PPDS yang menjalani skrining di seluruh rumah sakit, 22,4 persen mahasiswa program pendidikan dokter spesialis terdeteksi mengalami gejala depresi.

Rincian tingkat depresi dari 22,4 persen PPDS yang bergejala adalah sebagai berikut:

- Gejala depresi berat: 0,6 persen

- Gejala depresi sedang-berat: 1,5 persen

- Gejala depresi sedang: 4 persen

BACA JUGA:Mahyudin, Dokter Spesialis Ortopedi Lakukan Pelecehan Seksual Istri Pasien, Begini Jejak Kariernya

BACA JUGA:Rekam Jejak Mahyudin, Skandal Pelecehan Dokter Spesialis Ortopedi, Ternyata Sering...

- Gejala depresi ringan: 16,3 persen

- Gejala depresi minimal: 41,7 persen

Terungkap Penyebab Depresi Pada Calon Dokter Spesialis di Indonesia, Ternyata Gara-gara Ini...

Yudha IP

Yudha IP


bacakoran.co - mengejutkan banget berita viral tentang beban kerja yang berat yang dialami para dokter yang sedang mengikuti program pendidikan (ppds) dianggap menjadi pemicu tingginya angka depresi di kalangan mahasiswa ppds.

hal ini terungkap dalam data terbaru kementrian kesehatan terhadap 12.121 dokter yang menjalani di 28 rumah sakit vertikal.

ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab para calon dokter spesialis mengalami gangguan mental.

tuntutan pendidikan yang tinggi, tugas dan jaga malam dapat menyebabkan stres dan kelelahan pada para calon dokter spesialis.

hal ini pun berdampak pada calon dokter spesialis di indonesia dan tanggung jawab mereka selama bertugas.

bahkan kebutuhan ekonomi untuk keluarga dan sekolah menjadi beban tambahan untuk mereka.

serta tugas-tugas lainnya dapat menambah tekanan pada para peserta program pendidikan dokter spesialis.

faktor bully juga dapat memengaruhi kesejahteraan mental para calon dokter spesialis. perundungan dapat terjadi secara verbal, fisik, atau bahkan cyber bullying.

penting bagi para calon dokter spesialis untuk memahami pentingnya kesehatan mental dan mencari dukungan ketika menghadapi tantangan dalam pendidikan dan karier mereka.

berikut informasi selengkapnya tentang 399 calon dokter spesialis di indonesia yang alami depresi.

399 calon  di indonesia mengalami tekanan berat selama menjalani program pendidikan dokter spesialis (ppds) yang berujung pada depresi.

bahkan, 3,3 persen atau 399 peserta ppds di antaranya mengungkapkan keinginan untuk  atau melukai diri.

kementerian kesehatan ri mengungkapkan hal ini berdasarkan hasil skrining kesehatan jiwa yang dilaksanakan di 28 rumah sakit vertikal.

skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan mental di kalangan calon dokter spesialis.

dari total 12.121 peserta ppds yang menjalani skrining di seluruh rumah sakit, 22,4 persen  program pendidikan dokter spesialis terdeteksi mengalami gejala depresi.

rincian tingkat depresi dari 22,4 persen ppds yang bergejala adalah sebagai berikut:

- gejala depresi berat: 0,6 persen

- gejala depresi sedang-berat: 1,5 persen

- gejala depresi sedang: 4 persen

- gejala depresi ringan: 16,3 persen

- gejala depresi minimal: 41,7 persen

dari total 22,4 persen ppds yang mengalami gejala depresi, mereka tengah menjalani program spesialis (sp1) dan subspesialis (sp2), berikut rinciannya:

program studi spesialis (sp1) dengan persentase ppds yang mengalami gejala depresi terbanyak:

1. sp1 ilmu penyakit mulut: 53,1 persen

2. sp1 ilmu kesehatan anak: 41 persen

3. sp1 bedah plastik: 39,8 persen

4. sp1 anestesiologi dan terapi intensif: 31,6 persen

5. sp1 bedah mulut: 28,8 persen

program studi subspesialis (sp2) dengan persentase ppds yang mengalami gejala depresi terbanyak:

1. sp2 ilmu kesehatan anak: 13,8 persen

2. sp2 orthopedi dan traumatologi: 12,3 persen

3. sp2 ilmu penyakit dalam: 9,0 persen

4. sp2 ilmu bedah: 8,0 persen

5. sp2 anestesiologi dan terapi intensif: 7,9 persen

dampak dari kondisi ini sangat serius dan memerlukan perhatian lebih lanjut.

perlu ada upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental di kalangan calon dokter spesialis dan memberikan dukungan yang memadai untuk mengatasi masalah ini.

di thread x twitter banyak yang menyuarakan dan memberi dukungan kepada calon spesialis dokter.

Tag
Share