Mengapa BRI Menutup Banyak Cabangnya? Ternyata ini Alasannya
Penjelasan BRI akan tutup banyak kantor cabang --Bri
BACAKORAN.CO - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk baru-baru ini dikabarkan menutup sejumlah kantor cabangnya. Langkah ini diambil seiring dengan penguatan transformasi digital yang sedang dilakukan oleh bank ini.
Sunarso, Direktur Utama BRI, menjelaskan bahwa layanan dari kantor cabang yang ditutup tersebut dialihkan kepada agen-agen BRILink yang tersebar di berbagai warung.
Transformasi ini adalah bagian dari tahapan kedua yang disebut BRIvolution 2.0. Tujuannya adalah menjadikan BRI sebagai grup perbankan paling berharga di Asia Tenggara dan pelopor inklusi keuangan.
Sunarso menegaskan bahwa inklusi keuangan adalah kunci dalam fase ini.
BACA JUGA:Agen BRILink Bantu Ekonomi Lokal Lubuklinggau, Ini Alasan Masyarakat Tertarik
"Penutupan cabang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam inklusi keuangan. Agen BRILink diharapkan dapat memastikan terjadinya ekonomi berbagi dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif," jelas Sunarso dalam acara Money Talks Power Lunch di CNBC Indonesia.
Sunarso mengungkapkan bahwa riset BRI menunjukkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang belum sepenuhnya beralih ke layanan digital.
Banyak yang masih nyaman menggunakan layanan perbankan melalui agen.
"Orang masih enggan ke bank, mereka lebih senang bertransaksi di warung-warung dekat rumah. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kehadiran fisik dan sentuhan personal masih tinggi," tambahnya.
BACA JUGA:Begini Cara Membuka BRImo yang Terblokir dalam Hitungan Menit, Tanpa Harus ke Kantor Cabang!
BACA JUGA:BRI Yakin Kredit Bisa Tumbuh Hingga 12 Persen di Akhir 2024, Siap Tancap Gas!
Agen BRILink berfungsi seperti kantor cabang BRI, namun dalam bentuk yang lebih fleksibel seperti warung atau toko kelontong. Tujuannya adalah menjangkau masyarakat lebih luas dan mendalami inklusi keuangan, terutama di daerah yang sulit dijangkau layanan bank formal.
Saat ini, jumlah agen BRILink sudah mencapai 1.022.000 di seluruh Indonesia, meningkat pesat dari sekitar 75.000 agen pada tahun 2015.