BMKG Minta Warga NTT Waspada, Hujan Deras Berpotensi Datangkan Banjir Lahar di Lereng Gunung Lewotobi
waspadai banjir lahar di gunung lewatobi--CNBC Indonesia
Fenomena ini, kata dia, akan berlangsung mulai akhir 2024 hingga setidaknya Maret atau April 2025.
La Nina adalah fenomena iklim global akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang menjadi lebih dingin dibandingkan biasanya.
Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20-40%.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan, berdasarkan pantauan BMKG, selama sepekan terakhir kondisi cuaca di NTT cukup bervariasi.
Wilayah NTT terpantau cerah berawan hingga hujan ringan, dengan hujan disertai petir terjadi di beberapa wilayah seperti Pulau Timor, Manggarai, Manggarai Barat, Ngada, Sikka, dan Flores Timur.
Sedangkan, berdasarkan hasil pengamatan terkini pada 16 November 2024, curah hujan tercatat sebesar 45,2 mm/hari di Stasiun Meteorologi Eltari Kupang, 31,4 mm/hari di Stasiun Meteorologi Gewayantana Flores Timur, dan 2,6 mm/hari di Stasiun Meteorologi Frans Seda Maumere.
"Hingga awal November 2024, sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mulai memasuki awal musim hujan. Namun, wilayah di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diprediksi baru akan memasuki musim hujan pada awal Desember. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko banjir lahar hujan di sekitar lereng gunung tersebut," imbuhnya.
BACA JUGA:Meski Sudah Turun Hujan Masih Ada Lahan Gambut yang Terbakar, Petugas Tetap Waspada
Selama sepuluh hari ke depan, cuaca di wilayah NTT secara umum diprakirakan cerah berawan hingga hujan ringan.
Namun, terdapat potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah seperti Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, sebagian Sikka, sebagian Alor, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.
"Potensi hujan yang masih tinggi di wilayah NTT berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi basah, termasuk banjir lahar hujan di sekitar wilayah terdampak bencana, khususnya di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki. BMKG mengimbau masyarakat di kawasan tersebut untuk tetap tenang, tetapi terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," terangnya.
Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani menambahkan dari pantauan dinamika atmosfer terkini menunjukkan potensi peningkatan intensitas cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.
Suhu muka laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia, termasuk di utara Nusa Tenggara, memberikan suplai kelembapan yang cukup tinggi ke atmosfer, mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intens.