bacakoran.co

Banyak Pedagang Menjerit, Imbas Anjloknya Omzet Hingga Menyebabkan Banyak Toko di Tanah Abang Gulung Tikar

keluhan para pedagang tanah abang yang omzetnya menurun--detik.com

"Kalau pedagang di sini saya kira omset sudah pada turun 80%. Kadang laris, kadang kagak. Kadang cuma dapat jual dua potong, kadang sepotong. Lihat saja di lantai 3A lantai lima itu, sudah banyak toko kosong. Sudah banyak yang disegel tokonya itu. Kaya ini saja toko di sebelah saya itu kan ada disegel karena nggak bisa bayar service fee (iuran pasar)," terangnya.

Pito yang sudah 36 tahun berjualan di Pasar Tanah Abang mengaku dirinya saja sudah sangat kesulitan untuk terus berdagang karena penjualan yang semakin sepi.

BACA JUGA:Waduh, Apple Mau Investasi di RI Asal Bebas Pajak Setengah Abad!

BACA JUGA:Apple Minta Bebas Pajak Setengah Abad untuk Investasi di Indonesia, Blokir iPhone Jadi Solusi?

Bahkan ia yang dulu pernah memiliki tiga toko di kawasan pasar kini hanya tersisa dua karena omzet yang kian menipis.

"Saya dagang di sini sudah 36 tahun, dari dulu ini masih PD Pasar Jaya, Blok F gitu-gitu belum ada tuh.

Jadi memang sudah lama banget. Jadi suka-duka dagang di Tanah Abang itu saya sudah kenal," kata Pito.

"Hari Senin kemarin saja jualanan saya nggak laris. Hari Selasa laris satu. Kemarin dua potong. Itu juga saya kemarin ngobrol sama orang India yang punya toko di lantai bawah itu, saya kenal dari zaman bapaknya yang jualan, dia biasa ambil barang saya. Sekarang boro-boro ambil barang, orang dia saja nggak laku-laku," paparnya.

BACA JUGA:2 Periode Jabat Kades, Sodikin Diduga Tidak Sidiq, Atur Sendiri Dana Desa, Pungut Pajak Tapi Tak Disetor

BACA JUGA:Daftar Lengkap 6 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor hingga Akhir Tahun! 2024

Lebih lanjut ia mengatakan kondisi sepi pelanggan ini juga terlihat dari banyaknya pemilik toko yang menyewakan lapak berjualannya dengan harga sangat murah.

Banyak Pedagang Menjerit, Imbas Anjloknya Omzet Hingga Menyebabkan Banyak Toko di Tanah Abang Gulung Tikar

Desta

Desta


bacakoran.co - banyak pedagang menjerit imbas pertambahan nilai () dari 11% menjadi 12% pada 2025.

para pedagang di , jakarta pusat, menyatakan kekhawatiran mereka terkait rencana kenaikan tarif pajak.

mereka khawatir kebijakan ini akan semakin memperburuk penurunan penjualan produk tekstil yang sudah terjadi saat ini akibat kenaikan harga.

salah seorang pedagang pakaian di pasar tanah abang blok a, tomi mengatakan saat ini penjualan para pedagang sudah sangat merosot.

"kalau dulu sabtu-minggu pasti ramai, cuma sekarang biasa saja. sebenarnya kita ini jualan larisnya pas musiman ya, jadi kalau hari-hari biasa seperti ini paling seminggu dapat satu pesanan berapa kodi. tapi kalau sekarang nggak ada sama sekali, sudah sebulan ini saya nggak terima pesanan seperti dulu lagi," terang tomi.

lebih lanjut menurut tomi kondisi sepi pelanggan ini tidak hanya dialami oleh dirinya seorang.

namun, para pedagang lain juga sepi pelanggan sehingga menyebabkan banyak toko yang tutup permanen alias bangkrut.

"coba keliling saja lihat-lihat berapa banyak toko yang sudah tutup. ini di blok ini saja sudah ada berapa toko yang tutup," katanya.

hal senada juga disampaikan oleh pedagang tas dan aksesoris di pasar tanah abang blok b, pito.

ia mengatakan rata-rata para pedagang pasar tekstil terbesar se-asia tenggara ini sudah turun hingga 80%.

"kalau pedagang di sini saya kira omset sudah pada turun 80%. kadang laris, kadang kagak. kadang cuma dapat jual dua potong, kadang sepotong. lihat saja di lantai 3a lantai lima itu, sudah banyak toko kosong. sudah banyak yang disegel tokonya itu. kaya ini saja toko di sebelah saya itu kan ada disegel karena nggak bisa bayar service fee (iuran pasar)," terangnya.

pito yang sudah 36 tahun berjualan di pasar tanah abang mengaku dirinya saja sudah sangat kesulitan untuk terus berdagang karena penjualan yang semakin sepi.

bahkan ia yang dulu pernah memiliki tiga toko di kawasan pasar kini hanya tersisa dua karena omzet yang kian menipis.

"saya dagang di sini sudah 36 tahun, dari dulu ini masih pd , blok f gitu-gitu belum ada tuh.

jadi memang sudah lama banget. jadi suka-duka dagang di tanah abang itu saya sudah kenal," kata pito.

"hari senin kemarin saja jualanan saya nggak laris. hari selasa laris satu. kemarin dua potong. itu juga saya kemarin ngobrol sama orang india yang punya toko di lantai bawah itu, saya kenal dari zaman bapaknya yang jualan, dia biasa ambil barang saya. sekarang boro-boro ambil barang, orang dia saja nggak laku-laku," paparnya.

lebih lanjut ia mengatakan kondisi sepi pelanggan ini juga terlihat dari banyaknya pemilik toko yang menyewakan lapak berjualannya dengan harga sangat murah.

Tag
Share