Hari Raya Waisak, Ini Penjelasan Sejarah dan Maknanya Bagi umat Buddha

WAISAK : Perayaan Waisak di Borobudur. (foto : kemdikbud.go.id)--
BACAKORAN.CO -- Seperti agama lainnya, umat Buddha juga memiliki hari besar keagamaan yang dirayakan setiap tahun yaitu Hari Raya Waisak.
Setiap tahun pada purnama di bulan Waisak, umat Buddha merayakan hari raya tersebut. Tahun ini, Hari Raya Waisak jatuh pada Senin, 12 Mei 2025 atau 2569 BE (Buddhis Era).
Budhhis Era adalah sistem kalender yang digunakan untuk menghitung tahun dalam Agama Buddha. Kalender ini di mulai dari tahun wafatnya Buddha Gautama. Diperkirakan Sang Buddha wafat dalam usia 80 tahun pada tahun 544 M. Artinya Tahun 1 BE dimulai tahun 544 SM.
Kalender Buddhis adalah kalender luni-solar, artinya ia menggunakan siklus bulan dan matahari untuk menentukan waktu. Karena itu, tanggal-tanggal perayaan seperti Waisak selalu berbeda setiap tahun dalam kalender Masehi.
BACA JUGA:Kemenparekraf Yakin Target 300 Ribu Wisawatan saat Perayaan Waisak Terealisasi, Ini Gegaranya
BACA JUGA:Harga Sembako Melonjak saat Libur Panjang Waisak, Apa Saja? Cek Daftar Lengkapnya!
Dalam kalender Buddhis, terdapat 12 bulan yang mempunyai nama yang berbeda, yaitu Caitra, Vaisakha (Waisak), Jyaistha, Asadha, Sravana, Bhadrapada, Asvina, Karttika, Margasirsa, Pausa, Magha dan Phalguna.
Dikutip dari laman kemenag.go.id, Amat, SAg, Penyuluh Agama Buddha Kemenag Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara menuliskan, kata 'Waisak' berasal dari dua bahasa yaitu Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali) yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis.
Amat menjelaskan bahwa umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak, karena untuk memperingati tiga peristiwa penting, yaitu Kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM.
Kemudian Petapa Gotama, mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM dan Wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
BACA JUGA:Harga Emas Antam Ngamuk! Terbang Rp54 Ribu dalam 3 Hari, Nyaris Sentuh Rp2 Juta per Gram!
BACA JUGA:Rumah Marijan Ludes Dimakan Api, Merembet ke Rumah Tetangga Warga Panik
”Pencapaian Penerangan Sempurna” merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini menjadi inspirasi dan motivasi umatnya untuk senantiasa berbuat kebajikan.
Perayaan Waisak, tidak hanya sekedar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu. Umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.
Tekad dan semangat Buddha Gautama ditunjukkan pada saat beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara.
Petapa Sumedha bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya. Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama terlahir di bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami.
BACA JUGA:Polisi di Kupang Lecehkan Siswi SMK Saat Razia Gegara Korban Tak Dapat Bayar Denda Tilang
BACA JUGA:Main Game ISUL Bisa Dapat Saldo DANA Rp320 Ribu? Ini Fakta dan Cara Mainnya!
Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha. Saat menjelang wafat, beliau berpesan, ”Oh para Bhikkhu, segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuanglah dengan kewaspadaan (Maha Parinibbana Sutta). Sudahkah melaksanakan pesan beliau?
Kisah hidup Buddha Gautama mengajarkan umat Budha perlunya perjuangan. Umat Buddha yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya.
Penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara.
Sebelum peringatan Hari Raya Waisak, biasanya umat Buddha melakukan sejumlah kegiatan, diantaranya membersihkan vihara, memandikan patung Buddha, siarah ke makam leluhur, kegiatan amal dan pentas kesenian.