BACAKORAN.CO – Rupiah mengalami penguatan ke level Rp15.485 per USD pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (1/12/2023) sore.
Terkereknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyusul membaiknya kinerja sektor manufaktur, tercermin dalam indeks Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada November yang tercatat naik ke 51,7.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda naik 0,16 persen atau 25 poin ke posisi Rp15.485 per USD.
Sementara itu indeks dolar terpantau melemah 0,10 persen ke level 103,320.
BACA JUGA:Uang Rupiah Logam Beragam Pecahan Ditarik dari Peredaran, Termasuk Koin Langka Banyak Dibuat Cincin
Mata uang Asia lainnya terpantau bergerak bervariasi cenderung menguat terhadap dolar AS.
Tercatat, Bath Thailand menguat 0,31 persen, rupee India menguat 0,06 persen, peso Filipina naik 0,15 persen.
Sedangkan won Korea turun 1,21 persen, ringgit Malaysia anjlok 0,50 persen, yuan China melemah 0,13 persen dan yen Jepang turun 0,01 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, data ekonomi hari Kamis menunjukkan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menaikkan suku bunganya dan mungkin mulai melakukan pelonggaran pada pertengahan tahun depan.
BACA JUGA:Pasar Masih Tunggu Data Inflasi AS, Rupiah Loyo
Ini biasanya merupakan faktor negatif terhadap dolar.
Ketidakpastian mengenai potensi perubahan kebijakan Bank Sentral AS membantu dolar pulih secara tajam dari level terendah sejak pertengahan Agustus.
Data semalam juga menunjukkan bahwa indeks harga PCE, yaitu alat pengukur inflasi pilihan bank sentral tetap berada di atas target sebesar 2 persen pada Oktober.
Powell akan berpidato di dua acara terpisah pada Jumat.
BACA JUGA:Rupiah Lanjut Perkasa, Ditopang Faktor Ini
“Perubahan apa pun pada retorika Ketua Fed sebagian besar menjadi fokus setelah beberapa pejabat Fed lainnya menyatakan bahwa bank sentral sudah selesai menaikkan suku bunga,” ujarnya dalam riset harian.
Beberapa anggota The Fed mencatat inflasi turun secara signifikan.
Meskipun masih berada di atas kisaran target bank sentral.
Dolar juga mengalami penurunan tajam pada November, di tengah meningkatnya keyakinan bahwa The Fed telah selesai menaikkan suku bunga.
BACA JUGA:Dua Aspek Ini Masih Jadi Pendorong Rupiah Perkasa Hajar Dolar AS
Sementara itu, S&P Global mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia menguat ke level 51,7 pada November 2023, atau meningkat 0,2 poin dari 51,5 pada Oktober 2023.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyebut, posisi tersebut menunjukkan kenaikan lebih cepat pada kondisi sektor manufaktur, kenaikan PMI ini di respon positif oleh pasar.
Data PMI November menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi, meski data headline terkini 51,7 masih di bawah rata-rata kuartal III/2023, yaitu 53,2.
Sedangkan tingkat kepercayaan bisnis naik dibandingkan bulan sebelumnya.
BACA JUGA:Kepercayaan Investor Asing Buat Rupiah Perkasa Tekuk Dolar AS
Namun, masih di bawah rata-rata jangka panjang.
Menurut S&P Global, pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada November 2023.
Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan.