Masyarakat Rohingya memiliki latar belakang etnis dan agama yang berbeda dengan mayoritas penduduk Indonesia.
BACA JUGA:Data Penggilingan Padi, Ini Langkah Kementan Hadapi Tantangan dan Krisis Global
BACA JUGA:Krisis Air! Warga Mandi Massal, Kantor PDAM Lematang Enim”
Integrasi budaya dan agama yang berbeda dapat menciptakan ketegangan sosial dan kesulitan dalam berinteraksi sehari-hari.
Karenanya, diperlukan upaya khusus untuk mencapai harmoni antar kelompok di tengah masyarakat yang sudah heterogen.
Setelah itu, aspek keamanan perlu diperhitungkan, meski mayoritas Masyarakat Rohingya adalah korban konflik dan kekerasan di Myanmar, tetap ada potensi keberadaan elemen yang dapat mengancam keamanan nasional di tengah kelompok pengungsi.
Hal ini memerlukan pengawasan yang ketat dan pemantauan terhadap potensi perkembangan yang dapat membahayakan kestabilan regional.
BACA JUGA:Menghadapi Krisis Ekonomi: 4 Ide Bisnis Kreatif yang Menguntungkan di Tahun 2023
BACA JUGA:Menanggapi Peristiwa Pengungsi Rohingya, Menparekraf Akan Langsung cek Ke Aceh
Demikian juga, perlunya solidaritas internasional juga tidak boleh diabaikan.
Komunitas internasional perlu bersatu untuk mencari solusi jangka panjang terhadap krisis pengungsi Rohingya ini.
Dukungan diplomatik, bantuan kemanusiaan, dan upaya penyelesaian konflik di Myanmar menjadi kunci untuk mengatasi akar masalah dan memberikan harapan bagi masa depan yang lebih baik bagi Masyarakat Rohingya.
Secara keseluruhan, sementara Indonesia telah memberikan bantuan kemanusiaan yang besar terhadap pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh.
BACA JUGA:Gencatan Senjata Disepakati, Israel Tetap Bombardir Kamp Pengungsi dan Permukiman
BACA JUGA:Tak Ada Lagi Tempat Aman, Israel Bombardir Dua Kamp Pengungsian dalam Semalam
Keputusan untuk memungkinkan mereka menetap secara permanen menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks.