Selain harus mengantar Dewa dapur pada dini hari, ada juga tradisi yang mengatakan “Angin Mengantarkan Dewa, Hujan Menjemput Dewa”.
Istilah ini menyatakan harapan bahwa pada waktu pengantaran dewa diharapkan ada angin yang membantu para Dewa berangkat ke Surga.
BACA JUGA:Heri Korban Pembunuhan Satu Keluarga Sempat Terlihat Pulang Ngadu Ayam, Benarkah Hoby Berjudi?
Sedangkan pada hari penjemputan Dewa diharapkan ada Hujan yang membantu para Dewa turun ke Alam Manusia.
“Hari Penjemputan Dewa Dapur pada umumnya dilakukan di tanggal 4 bulan 1 penanggalan Imlek,” terangnya.
Pada umumnya masyarakat Tionghoa akan mempersembahkan beberapa makanan pada saat pengantaran Dewa Dapur.
Terutama makanan yang mengandung rasa Manis seperti Permen, Buah-buahan, sup manis dan Kue manis.
BACA JUGA:Dari Medan, Begini Resep Membuat Bika Ambon Enak dan Bersarang, Cocok untuk Cemilan Nataru
BACA JUGA:Waduh, Korupsinya Miliaran Rupiah Ngalahin Oknum Pejabat, Mantan Kades Ini Ditahan Jaksa
“Selain makanan manis, warga Tionghoa juga mempersembahkan makanan lainnya seperti Daging serta minuman Arak. Dengan adanya makanan yang enak-enak serta mengandung rasa manis ini, diharapkan Dewa Dapur dapat melapor segala sesuatu yang baik saja sedangkan laporan tentang hal-hal dapat diminimalisasikan,”jelasnya.
Pada tanggal 24 bulan 1 penanggalan Imlek ini, setelah Dewa Dapur berangkat ke Surga, umumnya masyarakat Tiongkoa akan membersihkan dan mempercantik isi rumah.
Kegiatan ini biasanya disebut dengan Qing Chen atau pembersihan debu.
Pada umumnya, pembersihan debu ini juga termasuk membersihkan altar dewa dapur sehingga harus dilakukan pada saat Dewa Dapur berangkat ke Surga.
BACA JUGA:Kunjungi Polres Lahat, Kapolda Sumsel Irjen Pol Rachmad Wibowo Sampaikan ini Kepada Personil
BACA JUGA:Debat Cawapres: Gibran Usung Gebrakan! Keberlanjutan Narasi yang Bikin Makin Greget!